Namun, seperti ajaran Hastabrata, Prabowo tampaknya memilih untuk bersabar dan menjaga keseimbangan politik.
Mengalah bukan berarti menyerah, melainkan strategi untuk memenangkan waktu dan kepercayaan rakyat.
Jika strategi ini berhasil, Prabowo akan dikenang sebagai pemimpin yang mengutamakan stabilitas dan keseimbangan, bukan ambisi pribadi.
Waktu akan membuktikan apakah langkah kompromi ini hanyalah penundaan sebelum perubahan besar, atau justru awal dari babak baru politik Indonesia yang lebih matang dan dewasa.