RADARKAUR.CO.ID - Pidato perdana Presiden Jenderal (Purn) Prabowo Subianto di Gedung DPR/MPR RI menjadi sorotan tajam publik.
Di hadapan para wakil rakyat, tamu undangan dari negara sahabat, dan jutaan rakyat Indonesia, Prabowo menggemakan komitmennya untuk memberantas korupsi hingga ke akar-akarnya.
Namun, optimisme publik terhadap komitmen ini dibayangi oleh kontroversi yang muncul dari pemilihan menteri-menteri dalam Kabinet Merah Putih yang baru saja diumumkan.
Dalam pidatonya, Presiden Prabowo dengan tegas menyampaikan pesan moral bahwa seorang pemimpin adalah cerminan integritas negara.
BACA JUGA:Daftar Menteri, Wakil Menteri, Kepala Badan dan Lembaga Setingkat Menteri Kabinet Prabowo-Gibran
BACA JUGA:Kabinet Prabowo-Gibran, Mengalah Demi Kepemimpinan Sejati atau Sebaliknya?
Ia menggunakan analogi ikan yang busuk dari kepalanya untuk menggambarkan pentingnya teladan dari pemimpin.
“Kalau ikan menjadi busuk, busuknya dimulai dari kepala. Karena itu, pemimpin harus memberi contoh. Ing ngarso sing tulodo di depan harus memberi teladan,” ujarnya, disambut tepuk tangan dari hadirin.
Pesan ini seolah ditujukan kepada dirinya sendiri dan jajaran kabinet yang ia bentuk, bahwa kepemimpinan yang baik harus dimulai dari atas, agar rakyat dan bawahannya dapat mengikuti jalan perubahan dengan benar.
Komitmen ini perlu diuji oleh laporan mengejutkan dari Dr. H. Abdullah Hehamahua, mantan penasihat KPK periode 2005–2013.
BACA JUGA:Bocoran Nomenklatur Kementerian dan Nama Menteri Kabinet Prabowo-Gibran
BACA JUGA:Jalin Silaturahmi, SG Patpuluh FC Tanding Persahabatan dengan Tanjung Kemuning U40
Abdullah membeberkan fakta bahwa 90 persen calon menteri yang dipanggil Prabowo terindikasi tersandung kasus korupsi.
Bahkan, sejumlah menteri yang diangkat kembali berasal dari era Jokowi dan memiliki catatan hukum serius.
Menteri lama seperti Airlangga Hartarto dengan kasus nikel, Zulkifli Hasan dengan persoalan kebijakan dagang, hingga Bahlil Lahadalia terkait ESDM kembali dipakai.