Antara Retorika dan Realita
Tantangan terbesar bagi pemerintahan Prabowo adalah memastikan bahwa kabinet tidak hanya diisi oleh orang-orang yang loyal, tetapi juga bersih dari praktek korupsi.
Jika kasus-kasus seperti yang disebutkan Abdullah Hehamahua benar adanya, maka setiap menteri yang bermasalah harus dicopot.
Jika tidak, kredibilitas Presiden Prabowo sebagai pemimpin yang bersih akan tercoreng di awal perjalanan pemerintahannya.
Rakyat berharap Prabowo tidak sekadar menutup mata atau mengulang pola-pola masa lalu.
BACA JUGA:SG Patpuluh Football Club, Klub Bapack-Bapack Penghobi Sepakbola, Simak Jadwal Latihannya
BACA JUGA:Lowongan Kerja BPS Kaur, Lulusan SMA/Sederajat Diterima hingga Usia 50 Tahun
Pembersihan kabinet sejak awal adalah langkah krusial untuk menghindari jebakan politik transaksional dan mempertahankan integritas pemerintah.
Tanpa langkah ini, narasi pemberantasan korupsi hanya akan menjadi jargon kosong.
Pidato Prabowo yang penuh semangat menyiratkan harapan baru bagi Indonesia.
Namun, harapan ini akan diuji oleh tindakannya dalam beberapa hari ke depan.
Mampukah Presiden membuktikan bahwa kabinetnya bukan sekadar bayang-bayang kekuasaan lama yang terjebak dalam lingkaran korupsi?
BACA JUGA:Susunan Kabinet Zaken Prabowo-Gibran, Ini Bocoran 49 Menteri dan 60 Wamen/Kepala Badan
BACA JUGA:Makanan yang Dianjurkan dan Dihindari bagi Penderita Kista
Atau, akankah Prabowo justru menjadi pemimpin yang mengulang kesalahan masa lalu?
Rakyat menanti dengan penuh harap. Karena di tangan Prabowo, ada janji perubahan. Dan perubahan itu, seperti yang ia katakan sendiri, dimulai dari pemimpin.