“Wajan Bolic” bantu Urusan Administrasi hingga PJJ
LUAS - Berkat ide kreatif Turyanto (40) warga Desa Serdang Indah Kecamatan Luas yang memodifikasi wajan alumunium menjadi antena penguat sinya jaringan seluler, atau yang kini tren disebut "Wajan Bolic". Pemerintahan desa juga warga merasa sangat terbantu. Berkat inovasi yang dilakukan pria yang baru setengah tahun kembali dari perantauan di Pulau Jawa itu. Mereka yang sebelumnya kesulitan dengan sinyal seluler yang lemah, kini merasakan kenyamanan dalam berkomunikasi dengan maksimalnya akses jaringan seluler. "Sebelum ada antena ini, kami harus pergi keluar desa supaya dapat sinyal. Namun, berkat antena yang beliau buat, sinyal yang semula nyaris tak ada, kini jadi tersedia bakan kualitasnya 4G," sampai Kades, Arozianto melalui Kasi Pelayananan Afnizar pada RKa, Rabu (17/3). "Dengan adanya sinyal komunikasi, kami perangkat terbantu dalam kepengurusan desa. Bahkan, manfaatnya dirasa ketika pembelajaran online anak kami beberapa waktu lalu," tambahnya. Ketika RKa amati, antena penguat jaringan telpon ini cukup sederhana. Transmitter atau penangkap sinyal, berdiri diatas tiang bambu dengan ketinggian 15 hingga 20 meter. Menurut keterangan Afinizar, semakin tinggi tiang antena, maka semakin baik juga sinyal yang didapat. Lalu, terdapat sebuah kabel yang sangat mirip dengan kabel resiver parabola, terhubung pada bagian penangkap sinyal. Penggunaannya cukup mudah, telpon genggam cukup didekatkan dengan kabel tembaga yang terhubung dengan penangkap sinyal. Secara otomatis kualitas jaringan akan meningkat. "Benarkan sinyal yang semula hilang langsung jadi 4G. Saat antena ini belum ada kami selalu ketinggalan informasi lantaran kurangnya sinyal. Dengan adanya alat ini, kami merasa sangat terbantu. Terlebih dalam hal komunikasi," sampainya ketika RKa mencoba menggunakan alat tersebut. Kasi Pelayanan bercerita, untuk pengadaan antena, Turyanto tak mematok harga untuk jasa perakitan. Ia hanya meminta disediakan bambu sebagai tiang antena, lalu wajan berbahan almunium, serta kabel yang terhubung dengan transmiter. "Dia tak mematok harga, saya sudah bikin di rumah. Tinggi antenanya 20 meter, biaya yang dihabiskan Rp 200 ribu. Itupun sudah dengan tanda terima kasih ke beliau," ujarnya. Menurutnya, hal ini merupakan salah satu jalan keluar, dari permasalahan sulitnya mendapatkan sinyal seluler, yang dialami beberapa desa di Kabupaten Kaur. (yie)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: