API TUTWURI HANDAYANI

API TUTWURI HANDAYANI

Pergulatan pikiran bersama tokoh-tokoh pendidikan Eropa itu menginspirasi Surjadi. Satu tekad tertanam. Bangsaku harus merdeka. Rakyatku harus berpendidikan. Selama pengasingan itu, Surjadi merintis cita-cita untuk memajukan pendidikan di tanah air.

Sepulang dari Belanda, rintisan itu direalisasikan. Dia dirikan Nationaal Onderwijs Institut Taman Siswa atau dikenal Perguruan Taman Siswa. Titik tekannya membangkitkan rasa kebangsaan (nasionalisme). Belanda semakin resah dengan Surjadi. Terbit larangan bagi Perguruan Taman Siswa. Tapi larangan itu kemudian dicabut.

Aapi idealisme Surjadi masih menyala-nyala. Di usia matang kehidupan, 40 tahun, dia menanggalkan gelar kebangsawanan sekaligus mengubah namanya dari Raden Mas Surjadi Suryaningrat menjadi Ki Hajar Dewantara. Motivasinya agar bisa bergaul lebih bebas dengan rakyat. Bisa memberi waktu pendidikan yang lebih banyak kepada rakyat.

Pengalaman duduk di bangku sekolah Belanda, memberi inspirasi bagi Suryadi dalam mengenalkan konsep pendidikan Taman Siswa. Konsep ini merupakan antitesa dari konsep pendidikan Belanda yang berbasis hukuman, perintah dan paksaan. Pendidikan seperti itu menurut Surjadi, mengekang dan menindas anak-anak. Lahirlah konsep pendidikan yang menekankan kebebasan bagi siswa. Ada kemiripan dengan konsep Merdeka Belajar Nadiem Makarim.

Perhatian dan kiprahnya terhadap dunia pendidikan menarik perhatian proklamator. Presiden Soekarno mengangkat Ki Hajar Dewantara menjadi Menteri Pendidikan Indonesia pertama. Namanya ketika itu Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan.

Konsep pendidikan yang diperkenalkan Ki Hajar Dewantara yang terus terasa relevan hingga saat ini adalah Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan memberi tauladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah memberi semangat/karsa) dan Tut Wuri Handayani (dari belakang memberi dukungan untuk terus berkarya/berprestasi).

Menurut Ki Hajar Dewantara, metode pendidikan yang cocok dengan karakter orang Indonesia adalah tidak dengan paksaan. Pendidikan yang merdeka dalam arti yang sebenar-benarnya adalah lahirnya tidak terperintah, batinnya bisa memerintahkan diri sendiri dan berdiri karena kekuatan sendiri.

Jauh sebelum terjadi kemerosotan moral yang terjadi saat ini, Ki Hajar Dewantara telah menelurkan konsep pendidikan yang berbudi pekerti. Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara tidak membuang pokok kebudayaan.Pendidikan harus membuat manusia di Indonesia mempunyai sifat peka dalam hal budi pekerti. Berupa kehalusan rasa, hidup dengan kasih sayang, cinta akan kedamaian, dan sopan dalam tutur kata serta tindakan. Nilai-nilai tersebut telah dimulai dari anak yang masih berusia dini.

Dia juga mengenalkan tiga pusat pendidikan; alam keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Banyak yang keliru, mengira sekolah merupakan satu-satunya pusat pendidikan. Lupa kalau keluarga dan alam masyarakat juga dua pusat pendidikan yang lain.

Api idealisme sang wartawan muda itu telah mengantarkannya menjadi Menteri. Semua cita-cita semasa muda ingin diterapkan. Tapi tentu tidak mudah. Sebagai Negara muda, pemerintah dihadapkan pada revolusi fisik. Meski demikian, api tutwuri handayani yang dicetuskan wartawan muda itu tetap tidak padam sampai saat ini. Api itu tetap hidup meskipun pemerintahan silih berganti. Api itu tetap menyala meski Ki Hajar Dewantara sudah lama wafat. 1959.

Kalau saja Ki Hajar Dewantara masih hidup, mungkin saja dia sedih melihat nasib pendidikan di Indonesia saat ini. Satu cita-cita Ki Hajar sudah terwujud adalah Indonesia Merdeka. Tapi cita-cita melihat pendidikan bangsanya maju dan unggul masih butuh banyak perjuangan.

Selamat Hari Pendidikan Nasional.

Penulis adalah Wartawan Senior yang juga Ketua PWI Provinsi Bengkulu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: