Al AQSA DAN YERUSALEM

Al AQSA DAN YERUSALEM

Salah satu daerah permukiman yang disengketakan itu adalah wilayah Seikh Jarrah. Inilah pemicu ketegangan selama Ramadhan tahun ini. Warga muslim Palestina dicekam kekhawatiran terusir dari rumah-rumah mereka karena dianggap berdiri di atas tanah yang diklaim milik Yahudi. Itu menyusul keluarnya putusan pengadilan pusat Israel untuk mengusir sejumlah warga Palestina. Penggusuran dijadwalkan 6 Mei. Namun ditunda 10 Mei setelah protes memanas dari warga Palestina.

Dua hari menjelang eksekusi penggusuran itu, bentrokan berdarah tak terhindarkan. Ketegangan sejak usai sholat Jumat akhirnya meluas hingga malam hari ketika warga Palestina menunaikan Sholat Taraweh. Polisi Israel menyerang dengan tembakan peluru karet, granat kejut dan gas air mata. Sementara muslim Palestina membalas dengan lemparan batu.

Yerusalem; Inilah kota tua dengan tiga iman. Kota suci bagi tiga agama samawi yahudi, Kristen dan Islam. Di dalam nya terdapat tiga tempat suci yakni Gereja Makam Kristus bagi umat Kristen, Tembok Barat atau Tembok Ratapan bagi umat Yahudi dan Masjid Al Aqsa bagi umat Islam. Inilah kota yang berkali-kali ditaklukkan, diperebutkan, dihancurkan dan dibangun kembali.

Inilah kota sarat dengan spritualitas. Menggetarkan hati orang-orang yang mencintai Tuhan. Dentang lonceng gereja terkadang mengiringi suara azan yang berkumandang di langit senja. Dipadu pula pemandangan umat Yahudi memanjatkan doa sambil menganggukkan kepala di hadapan tembok ratapan. Di kota ini, semua ingin bertemu kebenaran tentang Tuhan tapi dengan cara yang berbeda-beda. Dari sisi ini, Yerusalem seutuhnya mengajarkan cinta dan kasih sayang sebagai sesama ciptaan Tuhan. Tapi entah mengapa, perdamaian seperti selalu menjauh dari kota ini.

Sampai saat ini, status Yerusalem belum menemukan titik temu. Israel dengan dukungan penuh AS mendeklarasikan Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Wujud pengakuan tersebut, Presiden Donald Trump telah memindahkan kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Bagi umat Palestina, seperti statemen Yasser Arafat di awal tulisan ini, Yerusalem adalah tanah mereka. Bukan hanya bagi Palestina, Haram Al Sharif (Yahudi dan Kristen menyebutnya Temple Mount) juga merupakan situs suci bagi umat Islam di seluruh dunia. Inilah kiblat pertama umat Islam sebelum beralih ke Masjidil Haram di Mekkah pada 622-623 M.

Yerusalem dikenal sebagai kota para nabi adalah potret konflik keagamaan tak berkesudahan. Kota yang menyimpan kasih sayang sekaligus kebencian. Dendam senantiasa menggelegak di kota ini. Sudah banyak upaya damai yang dirintis, tapi selalu menemui jalan buntu. Keruwetan yang utama adalah menyangkut status Haram Al Sharif yang diatasnya berdiri Dome of The Rock atau Masjid Kubah Batu dan Masjid Al Aqsa.

Bagi umat Islam, Masjid Kubah Batu yang kubahnya berkilau-kilau keemasan karena memang terbuat dari emas, adalah tempat suci. Itulah landmark kota Yerusalem. Sama seperti Menara Eiffel sebagai ikon Kota Paris. Di dalam kubah itu terdapat qubatush sakhra, sebuah batu yang diyakini tempat pijakan Nabi Muhammad mikraj ke sidratul muntaha (Alquran Surat Al Isra ayat 1). Masjid ini dibangun pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan (691) dari Bani Umayyah.

Sementara bagi umat Yahudi, lokasi Masjid Kubah Batu itu tempat dulu didirikan Kuil Solomon (Suleiman) sekitar 568 SM. Umat Yahudi juga menyebut lokasi itu Bukit Moria yang diyakini tempat Abraham (Ibrahim versi Islam), mengorbankan anaknya Ishak (versi Islam yang dikorbankan adalah Ismail). Anggapan inilah yang ditolak Yasser Arafat. Menurutnya, klaim umat Yahudi hanya obsesi dan tidak didasarkan bukti arkeologis.

Alasan-alasan historis-teologis menjadikan konflik mengenai status Yerusalem sulit mencapai titik temu. Ada usulan jalan tengah. Pertama, menjadikan Yerusalem menjadi ibukota bersama antara Israel dan Palestina. Dua, membagi Yerusalem menjadi dua. Yerusalem barat wilayah kedaulatan Israel dan Yerusalem Timur sebagai ibukota Palestina. Tapi realitasnya, ide ini juga sulit direalisasikan.

Palestina seperti disampaikan Arafat tetap memproyeksikan Yerusalem Timur sebagai ibukota masa depan Palestina. Pria sarjana teknik sipil itu memprediksi akan ada sosok seperti Umar bin Khatab atau Saladin yang bakal merebut kembali Yerusalem. Tapi berapa lama? Dua tahun, 10 tahun atau 100 tahun. Ataukah kota ini memang ditakdirkan menjadi konflik abadi? Entahlah.

Salam cinta disertai duka dari lubuk hati saya yang paling dalam untuk warga Palestina yang wafat akibat serangan udara Israel. Alfatehah.

Penulis adalah wartawan yang juga Ketua PWI Provinsi Bengkulu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: