Puluhan Tahun Sadap Gula Aren

Puluhan Tahun Sadap Gula Aren

Darmawi (60) warga Desa Tanjung Dalam Kecamatan Tetap sudah puluhan tahun sadap gula aren. Sadap gula sejak masih bujangan hingga kini sudah memiliki empat orang cucu. Gula aren sudah menjadi sumber penghasilan tambahannya. Selebihnya ia bercocok tanam dan berkebun. "Sudah puluhan tahun sadap gula aren. Puluhan batang enau yang disadap milik sendiri," ujarnya. Diakuinya, pengelolaan hingga menjadi gula aren yang siap jual boleh dibilang rumit. Adapun caranya menyadap, pilih buah enau yang sudah tua berwarna kehitaman. Lalu tandan buah diayun-ayun dan dipukul-pukul hingga beberapa hari sampai satu bulan. Dan nantinya ada tanda dibagian buah mengembang berbentuk buah cengkeh. Setelah sudah siap barulah, dipotong tandan buah. Tandan buah diiris, ketika mulai menetes dipasang bambu. Sebelumnya disiapkan bambu yang berjumlah hingga tiga ruas. Didalam bambu dimasukan bambu lagi yang disesuaikan ukuran lobang bambu.Lalu diasapkan sampai mendapat hasil maksimal. Kemudian bambu digantung bagian tandan buah enau yang siap menampung air nira. Lama waktu sehari baru lah air nira bisa diambil. Selanjutnya, proses pencetakan gula aren siap jual. Sebelumnya gula aren disaring dan dimasak menggunakan kuali. Dimasak sampai mendidi. Untuk pengerasan mendapatkan hasil maksimal, dicampur dengan kelapa yang sudah diparut. Pencampurannya cukup sedikit disesuaikan dengan ukuran gula yang ada. "Proses pengelolaan gula aren secara tradisional cukup rumit. Namun bila dikerjakan dengan serius maka akan lebih mudah untuk mendapatkan hasil yang memuaskan," ucapnya. Disampaikannya, setiap hari hasil gula aren yang siap jual hingga.mencapai 20 gula aren. Cetakan bermacam ukuran harga pun juga bervariasi. Gula yang dicetak asli buatan sendiri. "Gula aren asli dicetak sendiri dan proses pengelolaanya pun tidak ada bahan campuran. Gula manis dan enak," ucap Darmawi sambil tersenyum. (man)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: