Siapa Membunuh Putri (3): Kepiting Saus, Anak-anak Panti, dan Sensor Berita
Ilustrasi--
“Cukup buat biaya hidup anak-anak selama tiga bulan. Untuk perpanjangan sewa sama sekali tak ada.” Kata Bu Yani.
Sejak tinggal di panti saya membantu Bu Yani memikirkan biaya operasional panti.
Hitung-hitung itu pengganti biaya sewaku tinggal di sini.
“Nanti saya coba cari ya, Bu…” Saya ingat ada beberapa donatur tidak tetap yang sudah beberapa bulan tak dihubungi. Saya mencoba mengingat-ngingat siapa saja.
Mungkin hari itu aku harus menemui Pak Restu Suryono, pengacara terkenal, dan politisi berpengaruh itu.
Atau Pak Roni Sirait, pensiunan reserse polisi, yang baik itu.
Sampai aku berangkat ke kantor “Metro Kriminal”, aku masih berpikir kenapa info soal kehamilan Sandra itu tak muncul dalam berita.
Di kantor, Mila, sekretaris redaksi kami sedang merekap produktivitas berita wartawan.
“Wah, Mas Dur paling tinggi lagi, nih. Bonus lagi nih, Mas,…” kata Mila.
Aku tersenyum.
Mila gadis yang bekerja dengan baik, telaten, rapi.
Dia anak Belakangpadang, pulau tetangga.
“Bang Eel sudah datang?
“Ada di ruangannya,” kata Mila. “Eh, Mas Dur, ini iklanmu ya?”
Aku memperhatikan iklan Patron’s Café.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: