Siapa Membunuh Putri (4)

Siapa Membunuh Putri (4)

Hasan Aspahani--

Kami bicara macam-macam, sedikit sejarah ”Metro Kriminal” di mana dia bisa disebut sebagai perintisnya, dan rencana lain tapi belum terlalu pasti, rencana bikin satu koran lain lagi di kota kami. 

Itu, kata Bang Ado, tergantung perkembangan ”Metro Kriminal”.  

”Kalau oplah kita sudah 30 ribu, bisa pasang mesin yang lebih besar, nah, biasanya kita akan buka koran baru, supaya mesin efisien,” kata Bang Ado. 

”Metro Kriminal” dimulai dengan lima ribuan.

Dua tahun pertama oplah hanya berkisar di antara angka itu.

”Waktu kau masuk itu oplah kita sekitar tujuh ribu. Dalam enam bulan, karena berita Sandra itu, kita bisa sampai 15 ribu sekarang,” kata Bang Ado.

 ”Benar-benar karena berita itu, Bang?”

”Iyalah, karena apa lagi? Jualan koran ini kayak pisang goreng, kalau enak, orang datang membeli. Kalau nggak menarik, dingin, ya disorong-sorong ke muka orang juga nggak ada yang mau. Sederhana saja, kok.”

Saya mengangguk-angguk saja.

Lumayan dapat sedikit tambahan wawasan pemasaran.

Bang Eel pernah mengajari saya tentang perumpamaan juru masak itu.

Reporter belanja bahan, redaktur yang masak, redpel yang mengatur penyajiannya dan merencanakan besok mau memasak apa lagi.

Saya sekarang ada di posisi pengatur penyajian dan perencanaan. 

Kalau bahannya bagus, masaknya enak, disajikan bagus, pasti laris, kata Bang Eel. 

Di ruangannya, hari itu, Bang Ado juga memberi saya SK jabatan baru. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: