Siapa Membunuh Putri (30): Koran Berlumur Darah
Ilustrasi pembunuhan putri--
Oleh: Hasan Aspahani
LSM Woman Worker Care memberi kami data laporan ratusan pekerja wanita di tempat-tempat hiburan malam di Borgam.
Beberapa kasus pelecehan, upah yang tak dibayar, kontrak yang tak ditaati, dan laporan kematian yang tak pernah diproses polisi.
Saya teringat cerita Pak Rinto dan Pak Azhari, yang membuat seorang keluar dari dinas polisi dan yang lain berhenti jadi wartawan.
Masalah yang dihadapi para pekerja itu belum berubah banyak ternyata. Widi Rahayu, menerima saya dan Nurikmal di kantornya yang kecil, sedikit staf, dan penuh berkas, ruang lantai 2 sebuah ruko.
Di bawahnya salon yang terkesan mahal dan sibuk. Pemilik salon itu menyewakan lantai 2 kepada Woman Worker Care.
”Saya sudah sering kirim laporan kami ke media lokal juga media Jakarta, tak banyak yang memuat, malah nyaris tak ada,” kata Widi, perempuan awal 30-an, tampak sudah sangat matang, gesit, dengan kesederhanaan penampilan yang memancarkan kecerdasan.
Dia alumnus publisistik di perguruan tinggi di Bandung.
”Kami belum pernah menerima kayaknya,” kata saya.
”Tadinya kami kira Dinamika Kota sama saja dengan media lain. Tiarap semua,” kata Widi, agak ketus, spontan.
Blak-blakan dan berani, tampaknya memang jadi ciri khas orang-orang LSM.
LSM yang benar, yang masih berjalan di rel idealismenya. Banyak LSM yang hanya jadi kendaraan para aktivisnya untuk kepentingan pribadi.
Di mana-mana banyak begitu, di Borgam ini juga sama saja.
Dari data ratusan laporan yang direkap Woman Worker Care sekilas saya melihat banyak sekali laporan terkait Bluebeach Resort. Saya menanyakan itu ke Widi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: