Tradisi Ngayau Suku Dayak, Petualangan Berburu Kepala Manusia demi Status Sosial

Tradisi Ngayau Suku Dayak, Petualangan Berburu Kepala Manusia demi Status Sosial

Tradisi Ngayau Suku Dayak, Petualangan Berburu Kepala Manusia demi Status Sosial--ilustrasi net

Sehingga semakin banyak rambut di perisai dan pedangnya adalah tanda bahwa semakin banyak musuh yang didapat.

Adapun kepala-kepala musuh akan dikeringkan dan digantung di rumah mereka.

BACA JUGA:Jomblo Modal Dengkul Minggir, Gadis Cantik Anak Petani Dilamar Pengusaha Tajir Melintir, Maharnya Rp5,5 Miliar

BACA JUGA:Karyawati Indomaret : Aku Kuat tapi Aku Capek, Sahabat: Seberat Itukah Sampe Nga so Tidak Sanggup?

Di beberapa rumah hingga kini ada yang menyimpan tengkorak kepala musuh yang diturunkan sejak zaman nenek moyangnya.

Membawa balik kepala musuh semasa Ngayau ini dianggap sebagai suatu anugerah berharga.

Selain itu, sebagai simbol kehormatan, keberanian, dan juga penolak bala.

Seorang pemuda yang akan menikah akan mendapatkan gelar "Bujang Berani" atau raja perani ataupun pahlawan ulung.

BACA JUGA:Apa Belanda Akan Kembalikan 'Uang Kedaulatan' Rp504 Triliun kepada Republik Indonesia? Simak Kata Guru Besar

BACA JUGA:Yudin Mahmud, Suami Karyawati Indomaret Sulit Mengelak, Lilan Lantu Nekat Karna masalah ini

Sehingga keluarga calon istri akan merasa bangga memiliki pria yang akan mengawini anaknya.

Fenomena tradisi Ngayau juga dianggap sebagai satu peningkatan status sosial tertinggi pada masyarakat suku Dayak Iban.

Dengan begitu, saat ritual adat Gawai atau perayaan lainnya, mereka berhak menerima penghormatan tertinggi.

Meski tradisi Ngayau telah dianggap identik dengan suku Dayak, tetapi tradisi ini sudah tidak dilakukan kembali.

BACA JUGA:Hari Pertama jadi Plt Bupati Kaur, Herlian Muchrim Melantik 44 PPPK Kesehatan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: