Review Buku Gadis Kretek dan Perbedaanya dengan Film

Review Buku Gadis Kretek dan Perbedaanya dengan Film

Review Buku Gadis Kretek dan Perbedaanya dengan Film--ilustrasi

1. Alur cerita

Dalam buku, cerita dimulai dari masa kini, ketika Nitis, seorang penulis yang sedang mengalami krisis kreatif, mendapat warisan berupa surat-surat lama dari neneknya, Srintil.

Surat-surat itu mengungkapkan kisah cinta Srintil dengan Hardo, pemilik pabrik rokok kretek Hardo Djaja, yang juga kakek Nitis.

Nitis kemudian mencoba menelusuri jejak neneknya dan menemukan rahasia-rahasia kelam yang terkait dengan sejarah rokok kretek di Indonesia.

Sementara itu, dalam film, cerita dimulai dari masa lalu, ketika Srintil masih muda dan bekerja sebagai penari ronggeng di desanya.

Srintil jatuh cinta dengan Hardo, yang saat itu masih menjadi buruh pabrik rokok. Mereka kemudian menikah dan membangun pabrik rokok kretek sendiri.

Namun, perjalanan cinta mereka tidak mulus, karena ada banyak rintangan dan konflik yang menghadang, baik dari dalam maupun luar.

BACA JUGA:7 Waktu yang Tepat untuk Memutuskan Komitmen Hubungan Jangka Panjang

2. Karakter

Dalam buku, karakter-karakter yang muncul lebih banyak dan lebih kompleks daripada dalam film.

Selain Srintil, Hardo, dan Nitis, ada juga karakter-karakter lain yang berperan penting dalam cerita. seperti Rengganis, adik Hardo yang menjadi aktivis perempuan; Jati Wesi, sahabat Hardo yang menjadi pejuang kemerdekaan; Soerono, saingan Hardo yang menjadi pengusaha rokok besar; dan Ki Ronggo, guru spiritual Srintil yang memiliki ilmu gaib. Karakter-karakter ini memberikan latar belakang dan motivasi yang beragam bagi tokoh utama, serta menambah kekayaan cerita.

Sementara itu, dalam film, karakter-karakter pendukung lebih sedikit dan lebih sederhana. Fokus cerita lebih pada hubungan Srintil dan Hardo, serta konflik-konflik yang mereka hadapi.

3. Pesan

Pada buku, pesan yang ingin disampaikan oleh penulis lebih luas dan mendalam daripada dalam film. Buku ini tidak hanya bercerita tentang cinta, tetapi juga tentang sejarah, budaya, politik, ekonomi, dan sosial Indonesia.

Penulis ingin mengkritisi fenomena rokok kretek sebagai produk identitas nasional yang memiliki dampak positif dan negatif bagi masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: