Cerpen: Si Budi Kecil Diantara Meriah Pesta 20 Oktober

Cerpen: Si Budi Kecil Diantara Meriah Pesta 20 Oktober

Cerpen: Si Budi Kecil Diantara Meriah Pesta 20 Oktober--ilustrasi

Namun, saat ia melangkah keluar dari gang kecil tempatnya tinggal, ia tahu mimpi indah itu telah berakhir.

Jalanan kembali seperti biasa, ramai dengan kendaraan dan bising klakson.

Tak ada lagi musik, tak ada lagi pesta, dan yang paling menyakitkan, tak ada lagi toleransi bagi keberadaannya.

Baru beberapa menit Budi berjalan, ia melihat sosok petugas ketertiban di ujung jalan.

Jantungnya langsung berdegup kencang.

Tanpa berpikir panjang, ia berlari.

Karung di pundaknya bergoyang liar, menimbulkan bunyi gemeretak botol-botol plastik.

Budi berlari sekuat tenaga, menyelinap di antara gang-gang sempit yang sudah akrab baginya.

Tangannya masih erat menggenggam karungnya, harta satu-satunya.

Di tengah pelarian, ia merasakan ironi yang menyakitkan.

Kemarin, ia berjalan di tempat yang sama, bebas dan tak terlihat.

Hari ini, ia kembali menjadi anak kecil tanpa arti, seseorang yang harus selalu lari untuk sekadar bertahan hidup.

Ketika akhirnya Budi berhenti untuk beristirahat, ia terduduk di sudut jalan, terengah-engah dan memandang karungnya dengan mata berkaca-kaca.

Ia sadar, hari kemarin hanyalah mimpi singkat di tengah realitas yang tak pernah berpihak.

Baginya, pesta besar itu bukanlah bagian dari hidupnya, hanya sekelebat ilusi yang berlalu tanpa jejak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: