Belum berbentuk bubungan lima dengan tiga kepala seperti terlihat sekarang.
Perubahan kedua terjadi sekitar tahun 1907 ketika Indonesia masih dalam penjajahan Bangsa Belanda.
Para tetua Suku Semende Lembak yang datang dari Perdipe yang datang ke Muara Sahung menginstruksikan agar rumah panggung yang telah berdiri diberi hiasan ukiran.
Baik itu tulisan ataupun tumbuhan dan hewan.
BACA JUGA:Wakil Ketua, Sekretaris dan Anggota Kecam Ketua DK, Hendry Ch Bangun Tetap Ketua PWI Pusat
Tujuannya untuk menunjukkan keindahan adat Suku Semende serta memiliki keunikan tersendiri.
Selanjutnya 17 tahun sebelum Bangsa Indonesia meraih kemerdekaan sekitar tahun 1928 Rumah Panggung Suku Semende Lembak kembali mengalami perubahan.
Pada masa ini terjadi perubahan total bangunan.
Bangunan lama dirobohkan lalu kemudian digantikan oleh bangunan baru.
BACA JUGA:Penyebab Suhu Dingin Pagi dan Malam Hari, Ini Kata BMKG
BACA JUGA:Terkena Aturan Baru BBM Subsidi Pertalite, Aerox, Nmax dan Matic Diatas 150 cc Wajib Beli Pertamax
Perubahan kali ini tingkatkan pertama diberi dinding.
Tujuannya sebagai tempat ketika keluarga tersebut membuat sebuah acara juga gudang penyimpanan hasil pertanian dan peralatan rumah tangga serta perabotan yang tak dapat ditempatkan di ruang bagian atas.
Perubahan keempat terjadi sekitar tahun 1937.