BACA JUGA:Banjir, Petani Jagung Merugi Rp 299,4 Juta
Letaknya di dekat perbatasan dengan Anggola. Selisih waktunya lima jam.
"Nggak perlu minta maaf, Pak. Saya memang sudah bangun," katanya. Kok sepagi itu?
"Saya siap-siap memonitor penampilan Rani. Sebentar lagi," tambahnya.
Dua jam setelah itu Rani memang akan tampil sebagai salah satu pembicara di zoominar pertanian.
Dia membawakan topik pembenihan porang lewat kultur jaringan.
BACA JUGA:SDN 120 Kaur Kekurangan Guru
"Dia mahasiswi saya," ujar Pranowo. "Masih semester 7," tambahnya.
Pembicara lainnya adalah Prof Dr Edi Santoso dari Institut Pertanian Bogor dan Aditya Demi Al Ersyad Fadli, pengusaha benih terkemuka asal Ngawi.
Dr Ir Suwardi, dirjen Tanaman Pangan juga memberi paparan.
"Saya bangga ada milenial mau terjun ke pertanian," ujar Pranowo tentang Rani.
BACA JUGA:Pemilihan Ketua OSIS, Kepsek Harapkan Tingkatkan Solidaritas
Saya jadi tertarik mengikuti seminar itu.
Saya juga ingin tahu kebijakan baru soal porang.
Saya pun menelepon Rani –sebelum saya tahu dia itu perempuan.
Ternyata dia asli Makassar. Kuliahnyi saja di Politeknik