Di kantor, Mila, sekretaris redaksi kami sedang merekap produktivitas berita wartawan.
“Wah, Mas Dur paling tinggi lagi, nih. Bonus lagi nih, Mas,…” kata Mila.
Aku tersenyum.
Mila gadis yang bekerja dengan baik, telaten, rapi.
Dia anak Belakangpadang, pulau tetangga.
“Bang Eel sudah datang?
“Ada di ruangannya,” kata Mila. “Eh, Mas Dur, ini iklanmu ya?”
Aku memperhatikan iklan Patron’s Café.
Ada band live tiap malam di sana.
Semalam memang aku melihat ada band yang main di bagian luar café, bagian yang menghadap laut. Asyik juga kelihatannya.
“Bukan,” jawab saya.
“Kata Bang Eel ini iklanmu, Mas”.
Bang Eel nongol dari pintu ruang kerjanya.
Dia memanggilku masuk.
Menyuruh saya duduk dan menyerahkan sebuah amplop.
Aku bertanya amplop apa itu.