Tapi selera orang miskin pun kini sudah berubah.
Kurnia segera menyadari itu.
Ia ikut berubah.
Bus-bus lama ia jual.
Ganti bus baru.
Dengan merek yang bergengsi.
Agar lebih nyaman.
Dengan jumlah kursi yang dikurangi.
Dengan layanan yang berbeda.
"Sekarang saya hanya bergerak di angkutan bus premium," ujar Kurnia.
Bahkan Kurnia melangkah lebih jauh.
Ia tidak akan mengejar status sebagai pemilik bus terbanyak.
Kian banyak memiliki bus belum tentu kian sukses.
Punya lebih banyak bus bukan berarti kian banyak dapat laba.
Zaman berubah.
"Bus saya kini tinggal 85 buah. Tapi semua premium," ujarnya.