Saya datang bersama Bang Eel. Hanya kami berdua.
Pak IDR sedang menelepon ke Surabaya.
Masih saja dia bertanya soal berita.
Setelah menelepon dia bicara dengan kami. Langsung ke pokok persoalan.
“Kalian berdua punya calon nggak siapa yang bisa menggantikan kalian di Metro Kriminal? Saya mau kalian berdua siapkan koran kita yang baru Dinamika Kota,” katanya.
Saya dan Bang Eel terkejut. Meski Bang Eel tampaknya sudah menduga penunjukan itu.
”Eel GM, Abdur Pemred,” kata Pak IDR dengan nada bicara yang sama sekali tak mengandung keraguan, memaksa, menutup kemungkinan penolakan.
Seperti perintah yang harus segera dilaksanakan.
”Kalau tak ada, Bos?”
”Harus ada. Mosok tak ada?”
”Dari luar, dari grup kita, Bos?”
”Jangan. Tak boleh. Saya tak mau. Saya hargai teman-teman di sini, beri kesempatan terlebih dahulu pada mereka,” kata Pak IDR.
Bang Eel lantas menyebut nama-nama awak redaksi yang bisa.
Bang Jon saya usulkan untuk ditarik saja lagi.
Bang Eel menolak.
Pak IDR juga tak setuju.