Akibatnya pemerintahan Kasunanan Surakarta dengan kolonial Belanda bekerja sama untuk mengamankan wilayah Pakubuwono X.
Bahkan Pakubuwono sampai mengutus badan intelijen kerajaan bernama “Telik Sandi” untuk memata-matai Cipto dan kawan-kawan lainnya yang punya visi misi ingin meruntuhkan kekuasaan Pakubuwono X.
Selain menyasar Pakubuwono X, kabar burung Cipto yang akan melakukan pembunuhan Raja Jawa tersebut menyasar juga pada Raja Mangkunegaran VII.
Penguasa Jawa yang punya Legiun (Angkatan Bersenjata) nyaris khawatir dengan wacana pembunuhan yang akan Cipto lakukan terhadapnya.
BACA JUGA:Jalan Usaha Tani Dibangun di Padang Panjang, Manfaatkan Dana Desa 2023
BACA JUGA:Tips Menghadapi Kemarau Panjang, Penduduk 32 Wilayah Diingat Lakukan 5 Hal
Lantas Mangkunegaran VII melibatkan tentara mereka untuk mengamankan setiap gerak-gerik Cipto dalam safari politiknya ke desa-desa.
Namun Cipto tak kenal takut. Mantan aktivis kemanusiaan tahun 1920-an ini justru menantang balik para penguasa.
Ia tidak berencana membunuh raja sebagaimana koran Belanda beritakan. Itu bentuk adu domba mereka agar nama Cipto terkontaminasi.
Namun apabila isu tak bertanggungjawab ini tetap menimpanya, apa boleh buat Cipto bisa melakukan yang sebenarnya apa yang ingin ia perbuat.
BACA JUGA:Bikin Prihatin, Cerita Pedagang Gurita jelang Festival Gurita, UMKM Sulit Berkembang
BACA JUGA:Jika Masa Kontrak Kerja PPPK Habis, Pasti Diperpanjang atau Tidak? Jawaban BKN RI Bikin Khawatir
Dari titik inilah nama Cipto terkenal jadi tokoh pergerakan Nasional yang anti dengan sistem aristokrasi Raja Jawa.***