Oleh karena itu, gerhana bulan menjadi momen untuk menyelesaikan perseteruan lama, sebuah praktik yang masih berlangsung hingga saat ini.
BACA JUGA:Non KUR, Pinjol BRI Modal KTP tanpa Agunan, Cair hingga Rp25 juta Angsuran Rp100 ribuan
Sementara itu dalam budaya Islam, gerhana cenderung ditafsirkan tanpa takhayul.
Dalam Islam, matahari dan bulan melambangkan penghormatan yang mendalam kepada Allah.
Sehingga selama gerhana, doa-doa khusus diucapkan, termasuk Shalat Al-Khusuf, “doa pada gerhana bulan”.
Shalat ini bertujuan memohon pengampunan Allah dan menegaskan kembali kebesaran Allah.
Sejarah Gerhana Bulan Darah yang menyesatkan
Kembali lagi ke tentang darah, agama Kristen kerap menyamakan gerhana bulan dengan kemurkaan Tuhan, dan sering mengaitkannya dengan penyaliban Yesus.
Perlu dicatat bahwa Paskah dirayakan pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama pertama di musim semi.
Sehingga gerhana tidak akan pernah terjadi pada hari Minggu Paskah, yang berpotensi menjadi tanda Hari Kiamat.
Memang, istilah “bulan darah” baru mulai populer pada tahun 2013 setelah peluncuran buku Four Blood Moons oleh pendeta Kristen John Hagee.
Dia mempromosikan kepercayaan apokaliptik yang dikenal sebagai “ramalan bulan darah” yang menyoroti urutan bulan dari empat gerhana total yang terjadi pada tahun 2014/15.
Hagee mencatat bahwa keempatnya terjadi pada hari raya Yahudi, yang hanya terjadi tiga kali sebelumnya - yang masing-masing ditandai dengan peristiwa buruk.
Ramalan ini dibantah oleh Mike Moore (Sekretaris Jenderal Christian Witness to Israel) pada tahun 2014.
Tetapi istilah ini masih sering digunakan oleh media dan telah menjadi sinonim yang mengkhawatirkan untuk merujuk pada gerhana bulan.
Masih adanya sejumlah takhayul sangat tidak membantu para komunikator sains yang mencoba mengingatkan semua orang bahwa apa yang disebut “bulan darah” bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti.