Bagi banyak peradaban kuno, “gerhana bulan” dipercaya sebagai sesuatu yang datang dengan niat jahat.
BACA JUGA:Kenapa Lumba-Lumba Sering Terdampar di Pantai, Ini Jawabannya
BACA JUGA:Abu Vulkanik Letusan Gunung Dempo Setinggi 2 kilometer, Mengarah ke Empat Lawang
Mengutif dari tulisan Daniel Brown seorang Lecturer ini Astronomy Nottingham Trent University yang diterjemahkan oleh Rahma Sekar Andini dari Universitas Malang.
Pada masa Mesopotamia kuno, gerhana bulan dianggap sebagai serangan langsung terhadap raja.
Mengingat kemampuan mereka untuk memprediksi gerhana dengan akurasi yang masuk akal, mereka akan menempatkan seorang raja pengganti selama durasinya.
Seseorang yang dianggap dapat dikorbankan, akan berpura-pura menjadi raja.
BACA JUGA:Gunung Dempo, Tempat Bersemedi Para Inyek, Manusia Jelmaan Harimau
BACA JUGA:BREAKING NEWS: Warga Pantai Hili Heboh, Lumba-Lumba Terdampar dengan Tubuh Penuh Luka
Sementara raja yang sebenarnya akan bersembunyi dan menunggu gerhana berlalu.
Raja pengganti kemudian akan menghilang dengan mudah, dan raja yang lama akan dipulihkan.
Pada Masyarakat Inca kuno, misalnya, menafsirkan warna merah tua sebagai jaguar yang menyerang dan memakan bulan.
Mereka percaya bahwa jaguar akan mengalihkan perhatiannya ke Bumi.
BACA JUGA:Tunda Dulu Liburan ke Pagar Alam, Gunung Dempo mulai Berasap
BACA JUGA:Mengenal Neng Sarti, Eksotisme Gadis Suku Baduy di Banten, Miliki Kecantikan Alami
Sehingga orang-orang akan berteriak, mengayunkan tombak dan membuat anjing mereka menggonggong dan melolong.