Fokus Ekonomi Rusia kembali ke Asia, Penolakan ekonomi Rusia terhadap Sanksi Amerika Serikat dan Barat

Sabtu 18-11-2023,11:38 WIB
Reporter : Dhery Mahendra
Editor : Muhammad Isnaini

Pada akhir tahun 2022, pabrikan Tiongkok menyumbang 52% dari impor Rusia; sejak tahun 2021, pangsa mereka meningkat hampir dua kali lipat.

Rusia juga memutuskan untuk mendiversifikasi cadangan emas dan devisanya dengan memperluas porsi dana yang disimpan dalam yuan.

Pada tahun 2022, mata uang Tiongkok menyumbang hampir 17% dari cadangan devisa Rusia, meskipun hingga tahun 2017 yuan tidak digunakan sama sekali untuk tujuan ini. Porsi emas dalam cadangan Rusia juga meningkat tajam sejak tahun 2015.

Kebijakan ini mengikuti pelajaran yang dipelajari Rusia dari gelombang pertama sanksi yang dijatuhkan terhadap mereka pada tahun 2014 setelah aneksasi Krimea, jelas publikasi tersebut.

BACA JUGA:ALHAMDULILLAH, Sri Mulyani Setujui Beasiswa Puluhan juta Bagi Anak PNS dan PPPK, Simak Syarat dan Ketentuan

BACA JUGA:Soal Nyamuk Wolbachia, Prof Richard Clapoth: Kondisi Negara Sedang Genting, Kita Punya Waktu hingga 1 Desember

Sejak itu, Bank Sentral Rusia secara aktif mendiversifikasi aset luar negeri dan akumulasi cadangannya. Dengan demikian, porsi dolar dalam cadangan devisa turun tajam dari 44% pada tahun 2014 menjadi 11% pada tahun 2021.

Para ekonom menjelaskan bahwa dedolarisasi didukung oleh India dan Tiongkok, yang membayar pembelian minyak mereka dalam dirham, rubel, atau yuan.

Saat ini tren ini dapat dilihat di seluruh ekspor Rusia. Menurut tiga peneliti, dampak kecil dari sanksi tersebut perlu diperhitungkan dalam jangka panjang.***

Kategori :