Hal itu didorong oleh sentimen positif terhadap industri kripto AS dan antisipasi peluncuran ETF spot Ethereum.
BACA JUGA:Program Liburan Bahasa Inggris: Eco Trip 2024 oleh TBI
BACA JUGA:Tokenisasi Aset Real Estate Pertama di Indonesia oleh D3 Labs, BTN, dan Reliance Group
Meskipun ada upaya untuk mendorong harga menuju US$70.000, Bitcoin gagal mempertahankan tren kenaikan yang lebih luas dan berfluktuasi antara US$65.300 dan US$68.400.
Volatilitas ini menimbulkan kekhawatiran melemahnya momentum bullish dan potensi penurunan lebih lanjut ke level support US$62.000.
Meskipun terjadi penurunan pada awal Agustus, Fyqieh tetap optimis terhadap potensi rebound Bitcoin.
Dia mencatat bahwa peristiwa negatif seperti Mt. Gox dan penjualan BTC pemerintah AS sudah berlalu, dan sentimen publik yang positif mungkin akan muncul menjelang akhir tahun.
BACA JUGA:Penerimaan Pajak Kripto Indonesia Meningkat Pesat
BACA JUGA:Destinasi Workcation Terbaik di Tepi Danau Toba, Marianna Resort & Convention Tuktuk Samosir
Selain itu, kondisi makroekonomi mungkin membaik setelah komentar Ketua Fed Jerome Powell tentang kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan September.
Namun semua bergantung pada data ekonomi yang akan datang.
Pasar keuangan, khususnya sektor kripto, mengamati dengan cermat perkembangan ini.
Meskipun prediksi menunjukkan kenaikan di atas US$70.000, pertumbuhan Bitcoin kemungkinan besar akan bergantung pada faktor makroekonomi yang menguntungkan.
BACA JUGA:Pemdes Suka Merindu Serahkan Bantuan Sarana Perlengkapan Olah Raga Kepada Karang Taruna
BACA JUGA:Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD, Pemdes dan Puskesmas Mentiring Lakukan Fogging
Termasuk inflasi yang lebih rendah dan potensi penurunan suku bunga The Fed.