Sabar Hadapi Pasien, Dihantui Bayangan ikut Terpapar
HAMPIR satu tahun Dena Sri Utami, S.Kep.Ners dan Wiko, Amd.Kep bertugas, sebagai tenaga kesehatan penangan pasien Covid-19. Sepanjang menjalankan tugas dalam menanganai mereka yang terpapar telah banyak suka maupun duka yang mereka lalui. Seperti harus sabar menghadapi pasien atau keluarga yang bersikeras ingin pulang karena berkeyakinan tak terpapar virus corona. Juga kesulitan dalam merawat saat peralatan penanganan masih terbatas. Tingginya potensi paparan juga menghantui mereka dalam menjalankan tugas. Berikut cerita selengkapnya. HERY KURNIAWAN-Semidang Gumay MARET tahun 2020 lalu, Dena dan Wiko mendapat Surat Keputusan (SK) penugasan sebagai tim medis perawatan pasien Covid-19 dari pimpinannya. Sepanjang waktu tersebut tentu telah banyak cobaan yang telah dilalui. Dimana dibutuhkan kesabaran dalam menghadapi pasien ataupun keluarga. Yang bersikeras tak percaya bila terpapar virus corana. Bahkan ingin segera pulang padahal belum dinyatakan sembuh. Diawal memanasnya pandemi Covid-19. Ditengah belum siapnya sarana dan prasarana (sarpras) penanganan. Seperti belum tersedianya Alat Pelindung Diri (APD). Juga menjadi suka duka tersendiri bagi tenaga kesehatan (nakes) yang menangani pasien terinfeksi virus corona. "Pasien atau keluarga bersikeras yakin tak terpapar. Ada juga yang langsung mau pulang padahal baru masuk ruang isolasi. Benar-benar harus sabar menghadapinya," kata Dena Sri Utami. "Setiap pekerjaan tentu memiliki suka duka tersendiri. Jadi untuk saat ini jalani saja. Yang paling saya ingat itu dulu saat awal-awal pandemi. Dimana menangani pasien yang sudah parah diagnosanya. Sedang peralatan belum lengkap," tambah Wiko. Penunjukan sebagai petugas dilakukan oleh pimpinan RSUD Kaur. Karena bila harus menunggu ada yang sukarela menyatakan, siap sebagai Nakes penangan Pasien Covid-19. Menurut keduanya kemungkinan sangatlah kecil. Pembagian jumlah petugas setiap shift adalah 2 hingga 3 nakes. Keduanya mengakui telah banyak rekan sesama Nakes yang telah terpapar. Ancaman ikut terpapar juga menjadi ketakutan yang harus dilawan. Mereka menakutkan ketika terpapar. Ketika pulang kerumah membawa penyakit ini kepada keluarga. Namun dengan ikhtiar lewat sikap hati-hati serta doa. Dena dan Wiko mempercayakan nasibnya pada Sang Khalik. Saat ditanya ketika apakah juga pernah terpapar virus corona. Untuk alasan privasi keduanya memilih tidak menjawab. Namun saat disambangi Radar Kaur. Mereka menjamin bila tak terinfeksi Covid-19. Keduanya bercerita, dalam segi perawatan sebenarnya pasien penanganan Covid-19. Hampir serupa dengan penanganan pasien umum. Namun yang membuat berbeda adalah pasien tak dikelompokan. Seperti pasien penyakit umum. Perbedaan lain yang mencolok yakni, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) petugas. Dimana untuk pasien umum hanya cukup menggunakan masker dan sarung tangan saja. Sedang untuk pasien Covid-19 membutuhkan APD lengkap. Ketika ditanya berapa lama waktu pasien menjalani perawatan diruang isolasi. Setiap pasien berbeda-beda tergantung proses pemulihan masing-masing invidu. Waktu tercepat perawatan pasien di RSUD Kaur sebelum isolasi mandiri yakni 10 hari. Dan yang terlama perawatan mencapai 20 hari. Waktu pemberian obat kepada pasien juga dilakukan seperti pasien penyakit lainnya. Rata-rata obat diberikan 3 kali dalam sehari. Dokter yang bertugas menangani adalah dokter spesialis penyakit dalam. Mereka berharap agar pandemi ini segera berakhir. Karenanya mereka mengharapkan masyarakat terus mematuhi Protokol Kesehatan (Prokes). Serta tak takut untuk divaksinasi bila memenuhi kreteria. "Selalu patuhi Prokes. Dan lakukan vaksinasi sebagai upaya pencegahan. Jangan percaya isu yang beredar. Bukankah bapak Sekda yang pertama divaksinasi. Hingga saat ini beliau baik-baik saja. Begitupun dengan Pak Kapolres Kaur yang juga divaksin setelahnya," pungkas Dena. (**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: