Rani Jaringan
Syahrani Dwi Laksana dan teman-teman--(Dokumen/radarkaur.co.id)
Tiga gelombang pengumuman tidak menyebutkan namanyi.
Baru di gelombang terakhir sejumlah calon mahasiswa yang sulit lulus itu diminta membuat karya tulis.
"Saya menulis tentang kelapa sawit. Bahan saya ambil dari internet. Saya diterima," katanyi.
Dari perkuliahan di Magelang Rani tahu salah satu dosennyi ahli kultur jaringan: Pranowo.
Sampai pun dia tahu Pranowo tidak hanya ahli ilmunya tapi juga ahli membuat uang dari ilmu itu.
Pranowo memang dikenal sebagai pengusaha bibit anggrek berbasis kultur jaringan.
Pranowo sukses di bisnis itu.
"Kok di Sulsel belum ada pengusaha kultur jaringan ya. Saya pun ingin tahu," ujar Rani.
Dia pun minta untuk bisa belajar di laboratorium kultur jaringan milik dosennyi itu.
"Waktu itu bulan puasa. Rani ingin memulai setelah Lebaran. Saya pikir paling cepat 10 hari setelah Lebaran," kisah Pranowo.
"Lima hari setelah Lebaran dia sudah datang," ujar Pranowo.
"Berarti anak ini punya kemauan keras," tambahnya.
Kebetulan ada Covid. Perkuliahan berubah ke online.
Rani memanfaatkan waktu pandemi untuk tenggelam di lab.
"Pernah sampai jam 2 malam," katanyi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: