Rani Jaringan
Syahrani Dwi Laksana dan teman-teman--(Dokumen/radarkaur.co.id)
Waktu itu harga porang lagi gila-gilaan.
Minat menanam porang meluas.
Pun sampai Sulsel.
Harga bibit porang melonjak sampai Rp 150.000/kg.
Belum ada teknik kultur jaringan di porang.
Rani pun masuk ke sana.
"Itulah kali pertama saya dengar nama porang," ujar Rani mengenang.
Dua tahun kemudian Rani sudah menguasai kultur jaringan porang.
Sudah sering diminta jadi penceramah bidang itu.
Termasuk di seminar nasional seperti kemarin.
"Berapa nilai penampilan Rani kemarin?" tanya saya kepada dosennyi itu.
"Sebenarnya saya ingin memberi nilai 9. Tapi saya turunkan jadi 8,5," ujar Pranowo.
"Anak ini rajin. Saya tidak pernah menyuruh ke laboratorium. Tetap saja setiap habis salat Subuh pasti sudah ke laboratorium," kata Pranowo.
Ia tahu itu.
Pranowo sendiri biasa ke lab pukul 06.00.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: