Siapa Membunuh Putri (21): Kode Etik
Ilustrasi seseorang menembak sasaran didepannya.--(dokumen/radarkaur.co.id)
Saya suka dan menyenangkan bekerja dengan wartawan seperti Nurikmal, karena kemampuan analisisnya yang tajam.
Ia kritis dan idealis. Ia satu-satunya wartawan kami yang benar-benar kuliah di jurusan jurnalistik.
Kalau saya nanti memilih wakil atau pengganti saya tak akan ragu merekomendasikannya.
Ia dengan pertanyaan-pertanyaannya yang tampak mendasar, membuat rapat-rapat kami menghasilkan rancangan berita yang berbeda, menarik, dan penting.
”Apa ada hal lain, yang lebih besar yang ia lindungi?” tanyaku.
”Atau soal mobil bodong itu terkait juga dengan judi dan pembunuhan Putri?” Nurimal menanggapiku dengan pertanyaan.
”Bagaimana kaitannya?” tanyaku.
Saya sudah menugaskan Ferdy untuk melacak informasi dari Bang Ameng soal Putri yang pernah dia lihat di kasino.
”Ada info, Ferdy?”
”Ini tugas agak berat, Bang. Kasinonya saja remang-remang. Susah kita masuk. Sekarang mau wawancara siapa juga susah. Semua tutup mulut,” kata Ferdy.
”Tapi kasino itu masih beroperasi?”
”Masih. Makin ramai. Feri di pelabuhan Penangsa yang aksesnya langsung ke resort itu makin ramai aja sekarang,” kata Ferdy.
Saya mengakhiri rapat redaksi hari itu dengan menceritakan pertemuan dengan AKP Heru, Kasatnarkoba, terutama soal janjinya mempertemukan dengan penyidik dari Satreskrim yang pertama kali memeriksa rumah AKBP Pintor, TKP pembunuhan Putri itu.
Ferdy menebak nama siapa yang dimaksud.
”Kita tunggu saja, ya...”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: