Siapa Membunuh Putri (21): Kode Etik

Siapa Membunuh Putri (21): Kode Etik

Ilustrasi seseorang menembak sasaran didepannya.--(dokumen/radarkaur.co.id)

Oleh: Hasan Aspahani

KANTOR Dinamika Kota seakan dikepung polisi.  

Anak-anak kantor ketakutan.  Mereka bertanya apakah saya mau ditangkap. Isu lekas sekali menyebar.

Beberapa kenalan menelepon. Termasuk Bang Ameng. 

Soal pengepungan dan penangkapan itu entah siapa yang menyebarkan kabar. 

Saya menenangkan mereka.  ”Kenapa kok pada takut, sih? Tenang saja. Ini kunjungan biasa saja.” 

Padahal saya sendiri juga gentar dan takut . Takut pada polisi saya kira bawaan yang laten. 

Sejak kecil, saya sebagaimana anak-anak kecil sering ditakut-takuti atau saling menakut-nakuti dengan kalimat, Awas, nanti ditangkap polisi!”  

Dalam situasi biasa, polisi yang datang lebih dahulu sebelum kunjungan kapolres itu protokol yang biasa saja.

Tapi ini terjadi di kantor kami sendiri dan kunjungan mendadak ini karena berita yang membuat orang nomor satu di Mapolresta itu marah.

Sampai mendadak menggelar konpers.  

Kombes Polisi Guntur turun dari mobil lalu berjalan diiringi dua ajudan. Keduanya dengan pistol di pinggang.

Belasan polisi berjaga di depan kantor.  Ia berjalan seperti sedang terlambat untuk sebuah pertemuan penting.

Langkahnya cepat dan dihentak agak keras. Seperti berbaris. Seperti geram dan marah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: