Siapa Membunuh Putri (21): Kode Etik

Siapa Membunuh Putri (21): Kode Etik

Ilustrasi seseorang menembak sasaran didepannya.--(dokumen/radarkaur.co.id)

”Secepatnya saja. Saya tunggu. Ke kantor saja, secepatnya, ya. Jangan lama-lama...”  Lalu nada bicaranya meninggi ketika bicara soal mobil bodong itu.

”Kenapa tak konfirmasi ke saya sebelum kalian naikkan berita dan foto-foto ini?” katanya sambil menunjuk halaman depan koran kami yang ia bentangkan di meja. 

”Saya ini sudah pernah tugas di mana-mana, tak pernah saya dibikin wartawan seperti ini,” katanya. 

”Apa maunya kalian sebenarnya? Kalau soal idealisme, berbakti demi kepentingan bangsa dan negara, kita sama saja, saya juga bekerja mengabdi untuk negara ini.” 

“Pak, kami tidak tahu ini mobil-mobil siapa, secara jurnalistik kami sudah jalankan tugas kami, kami konfirmasi ke Bea Cukai,” kata saya.

“Kalau kami tahu itu mobil polisi untuk mabes, kami akan konfirmasi ke Bapak,” kata Bang Eel. 

Dalam hati saya bilang, kalau saya yang menjawab saya juga akan menjawab dengan kalimat itu. 

“Nah, sekarang kalian sudah tahu itu perintah mabes, kan?  Tak ada kepentingan pribadi saya. Sama sekali tak ada,” katanya dengan suara bergetar dan penuh tekanan.

”Kalian mau apa? Mobil? Berapa? Sepuluh?” 

“Bukan begitu, Pak...” kata Bang Eel.

“Terus gimana? Ini sudah berantakan kalian buat. Gara-gara berita kalian.” 

Saya tak tahan juga untuk tak menjawab.  ”Pak Guntur, di kode etik kami ada aturan bahwa wartawan tak menerima imbalan apa pun untuk memberitakan atau tak memberitakan sesuatu. Itu jelas, Pak. Jadi, Pak, tak perlu menawarkan apa-apa pada kami, terkait apa-apa yang harus kami beritakan atau tak kami beritakan...”

”Anda jangan mengajari saya, Bung. Kami di polisi juga punya kode etik, bukan wartawan saja, kami juga punya kehormatan....  Ini kalau saja saya sedang berurusan dengan penjahat sudah senjata yang bicara!”  lalu Kombes Pol Guntur bicara panjang, sampai berdiri, sampai mengeluarkan pistol dari tas tangannya dan meletakkannya di meja. 

“Pak, mohon pistolnya dimasukkan aja... Soal mobil ini saya ada usul solusinya,” kata Bang Eel. 

Saya tak lagi bisa menyimak dengan jernih.  Saya gentar dan takut. Juga menyesal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: