Kudeta Sepi
Presiden Di Jinping, Presiden Vladimir Putin.--(dokumen/radarkaur.co.id)
Adakah itu yang menyebabkan ketidakpuasan hingga terjadi kudeta?
Terlintas juga soal perubahan konstitusi. Xi Jinping, lewat semacam parlemen Tiongkok, menghapus pembatasan masa jabatan presiden dua periode.
Ia sendiri hampir pasti akan terpilih lagi untuk masa jabatan ketiga.
Terpikir pula: jangan-jangan ini balas dendam oligarki hitam di sana. Begitu banyak Xi Jinping menangkap pengusaha besar.
Saya sering mendengar curhat pengusaha di sana: kini aturan-aturan bisnis semakin ketat. Gerak bisnis semakin tidak bebas bermanuver.
Tapi akhirnya jelas: berita kudeta itu tidak benar. Mungkin hanya halu akibat spekulasi yang terlalu. Misalnya: kok banyak sekali penerbangan yang dibatalkan di Beijing.
Lalu kok banyak sekali tentara di Beijing dan sekitarnya. Ditambah: sudah tiga hari Xi Jinping tidak terlihat di depan umum.
Bagi yang sering ke Tiongkok harusnya hafal: pembatalan penerbangan di Beijing itu tidak aneh. Begitu ada latihan militer, sipil harus mengalah.
Demikian juga ketika ada presiden mau turun atau naik pesawat bandara ditutup. Saya beberapa kali tertahan di landasan Beijing oleh hal seperti itu.
Secara hukum, di sana, udara Tiongkok adalah milik militer. Aturan penerbangan harus tunduk pada kepentingan militer. Jarak antar pesawat di udara pun ditentukan berdasar keamanan nasional.
Mungkin hari itu lagi ada latihan militer. Latihannya lebih besar dari biasanya. Pesawat komersial yang terganggu lebih banyak.
Itu juga terkait dengan banyaknya pasukan militer di Beijing dan sekitarnya. Jangan lupa: 1 Oktober nanti adalah hari kemerdekaan Tiongkok.
Yang lebih sensitif lagi: pertengahan bulan depan ada Muktamar Partai Komunis Tiongkok.
Itu merupakan peristiwa politik terpenting di sana. Melebihi Sidang Umum MPR di zaman Orde Baru.
Bagi orang seumur saya tentu masih ingat: setiap menjelang SU MPR negara seperti sedang genting.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: