Tulisan Pendek
Mo Salah memperdaya pemain Man City kemudian mengecoh kiper dan mencetak gol.--(dokumen/radarkaur.co.id)
Harusnya, kata seorang pengusaha kecil di Tanah Abang, beliau ikhlas saja: untuk presiden akan datang serahkan pada mekanisme demokrasi.
Ini lagi ada masalah ekonomi yang berat. Yang hanya presiden yang bisa mengatasi.
Saya memang hanya ingin mengatakan itu, di Disway kemarin.
Untuk apa dipanjang-panjangkan. Cukuplah 4 alinea. Agar fokus.
Tapi bahwa tulisan itu dikira terpotong mungkin karena biasanya tidak sependek itu.
Ups, ada penyebab lain: tulisan pendek itu tanpa kalimat penutup seperti biasanya. Sehingga dikira belum selesai.
Tapi memang ada penyebab lain. Saya akui saja: tidak cukup waktu.
Senin itu saya sudah harus berangkat jam 05.30. Baru pulang pukul 20.30.
Padahal tulisan harus dikirim paling lambat pukul 21.00.
Sebenarnya bisa saja saya minta deadline dimundurkan satu jam. Toh pembaca tidak akan tahu.
Tapi saya takut pada diri sendiri: nanti menjadi kebiasaan; sedikit-sedikit minta molor.
Dan lagi saya begitu terpengaruh pada isi pertemuan terakhir sebelum menulis itu. Yang membicarakan ekonomi. Khususnya nilai tukar.
"Tiga bulan lalu kan saya sudah ingatkan bapak. Belilah dolar," ujar pengusaha yang ikut pertemuan itu.
"Saya kan sudah bilang, akan menjadi Rp 15.000 dan masih naik lagi," tambahnya.
Masih lebih dalam lagi pembicaraan rupiah Senin petang itu. Saya begitu tersentuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: