ANWAR IBRAHIM SANG INDONESIANIS

ANWAR IBRAHIM SANG INDONESIANIS

Foto: AP: Momen PM Malaysia Anwar Ibrahim Ngantor Perdana Pakai Sandal.--

Dia menterjemahkan filosofi hidup Frederick Douglass, seorang reformasi Amerika bahwa tidak ada perjuangan berarti tidak ada kemajuan.

Sama seperti halnya Indonesia di era Soeharto, Malaysia mencapai kemajuan di bidang ekonomi dan pembangunan. Tapi Malaysia mengalami kemunduran dari segi demokrasi dan kebebasan. Perut kenyang, tapi mulut dilakban. 

Anwar Ibrahim menginginkan kedua-duanya. Perut kenyang. tapi juga disertai kebebasan, pemerataan ekonomi dan keadilan hukum. Api idealismenya berkobar-kobar kembali.

BACA JUGA:Wakapolres Kaur Dijabat Mantan Kasat Reskrim 

BACA JUGA:Seks Diluar Nikah Penjara 1 Tahun, RKUHP Baru Segera Diresmikan

Dalam banyak  hal, dia melihat Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam demokrasi. Sudah semakin matang pula melaksanakan Pilpres dan Pilkada langsung.

Tapi saat itu cita-citanya dihadang tembok tebal. Mahathir Muhammad masih terlalu kuat. UMNO sama kuatnya seperti Golkar di Indonesia pada zaman orde baru. Dan dia harus menerima risiko ambisi politiknya tersebut. Tahun 1998 Anwar Ibrahim dipecat dari Deputi PM Malaysia. 

Berlakulah adagium politik bahwa _there is no permanen friend, but permanen interest_. Tidak ada teman yang abadi. Yang ada adalah kepentingan abadi. Sejak saat itu semua berubah. Anwar Ibrahim yang tadinya sekutu paling dekat Mahathir, berubah menjadi musuh utama Mahathir. 

Setahun setelah dipecat dari UMNO, Anwar Ibrahim dijebloskan ke penjara atas tuduhan korupsi dan sodomi. Tapi Mahkamah Agung Malaysia membebaskannya tahun 2004. 

BACA JUGA:10 Wisata Alam Sumsel Paling Hits dan Instagramable, Libur Akhir Tahun 

BACA JUGA:SUDAH RESMI! 7 Kategori Non ASN Dihapus dari Aplikasi Pendataan BKN

Setelah bebas dia merintis cita-cita reformasi di Malaysia dengan mendirikan Partai Keadilan Rakyat sebagai kendaraan. Dia meresapi betul nasihat Mahatma Gandi bahwa masa depan bergantung pada apa yang kita lakukan saat ini. Pelan-pelan dia menabur benih pemikiran tentang perubahan Malaysia yang lebih bebas dan berkeadilan. 

Setelah era Mahathir Muhammad berakhir, Anwar Ibrahim telah menjelma menjadi tokoh oposisi utama Malaysia. Dia mendapat sokongan moril luar biasa dari sang istri tercinta Wan Azizah Wan Ismail serta enam orang anaknya. Yang paling menonjol dan tampak mewarisi darah politik sang ayah adalah si sulung Nurul Izzah.

Selama 2015 – 2018, Anwar Ibrahim memimpin gerakan oposisi dari penjara. Dia kembali dijerat dengan tuduhan sodomi.

Selepas dari penjara, dia justru berkoalisi dengan musuh politiknya, Mahathir Muhammad. Saat itu, tanda-tanda Anwar Ibrahim bakal menjadi PM sudah terlihat. Mahathir yang kembali menjadi  PM Malaysia pada usia 93 tahun, menyatakan akan menjabat sementara waktu. Setelahnya jabatan PM akan diemban Anwar Ibrahim. Tapi koalisi ini cuma berumur 22 bulan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait