Sudah jadi Agenda Kunjungan Presiden Jokowi ke Bengkulu, Ini Sejarah Festival Tabut

Sudah jadi Agenda Kunjungan Presiden Jokowi ke Bengkulu, Ini Sejarah Festival Tabut

Sudah jadi Agenda Kunjungan Presiden Jokowi ke Bengkulu, Ini Sejarah Festival Tabut--Ilustrasi

Tidak ada catatan tertulis sejak kapan upacara Tabut mulai dikenal di Bengkulu.

Namun, diduga kuat tradisi yang berangkat dari upacara berkabung para penganut paham Syiah ini dibawa oleh para tukang yang membangun Benteng Marlborought (1718-1719) di Bengkulu.

BACA JUGA:RESMI, CPNS 2023 Dimulai September, Ini Syarat Daftar CPNS dan PPPK yang Perlu Disiapkan dari Sekarang

BACA JUGA:KABAR GEMBIRA, 44 Calon Taruna asal Kaur Lolos Seleksi Pentaru KKP 2023, 1 Cadangan, Ini Rinciannya

Para tukang bangunan tersebut, didatangkan oleh Inggris dari Madras dan Bengali di bagian selatan India yang kebetulan merupakan penganut Islam Syiah.

Para pekerja yang merasa cocok dengan tata hidup masyarakat Bengkulu, dipimpin oleh Imam Senggolo alias Syekh Burhanuddin, memutuskan tinggal dan mendirikan permukiman baru yang disebut Berkas, sekarang dikenal dengan nama Kelurahan Tengah Padang.

Tradisi yang dibawa dari Madras dan Bengali diwariskan kepada keturunan mereka yang telah berasimilasi dengan masyarakat Bengkulu asli dan menghasilkan keturunan yang dikenal dengan sebutan orang-orang Sipai.

Tradisi berkabung yang dibawa dari negara asalnya tersebut mengalami asimilasi dan akulturasi dengan budaya setempat, dan kemudian diwariskan dan dilembagakan menjadi apa yang kemudian dikenal dengan sebutan upacara Tabut.

BACA JUGA:Kaget Ular Merayap di Kemudi, Sopir Calya Banting Stir Berakhir Nyungsep di Kebun Jagung

BACA JUGA:Dirjen GTK Kemendikbud Usulkan Kontrak PPPK Guru Perpanjang Otomatis hingga Pensiun, Ini Jawaban Kemenpan

Upacara Tabut ini semakin meluas dari Bengkulu ke Painan, Padang, Pariaman, Maninjau, Pidie, Banda Aceh, Meuleboh, dan Singkil.

Namun dalam perkembangannya, kegiatan Tabut menghilang di banyak tempat. Hingga pada akhirnya hanya terdapat di dua tempat, yaitu di Bengkulu dengan nama Tabut dan di Pariaman Sumbar (masuk sekitar tahun 1831) dengan sebutan Tabuik.

Keduanya sama, tetapi cara pelaksanaannya agak berbeda.

Meski kental dengan nuansa religi, tapi ada banyak kemeriahan yang ditawarkan oleh Festival Tabut.

BACA JUGA:Uang Kuno Rp50 tahun 1971 Gambar Burung Cendrawasih Dicari Para Kolektor di Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: