Desa Cahaya Bathin Peringati Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, Ini 8 Hikmah yang terkandung

Desa Cahaya Bathin Peringati Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, Ini 8 Hikmah yang terkandung

Desa Cahaya Bathin Peringati Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, Ini 8 Hikmah yang terkandung --ilustrasi

Sebagaimana tersebut dalam ayat pertama surat Al-Isra’, yang mengisahkan peristiwa Isra' Mi’raj, kata yang digunakan untuk menyebut Nabi Muhammad adalah 'abdun yang berarti hamba.

Penyebutan kata ‘abdun dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa derajat kehambaan di sisi Allah memiliki nilai yang sangat tinggi.

Asal mula penyebutan ‘abdun berawal ketika Nabi Muhammad saw diberikan pilihan oleh Allah melalui Malaikat Jibril, untuk memilih ingin menjadi nabi sekaligus raja atau menjadi nabi sekaligus hamba.

Kemudian Nabi lebih memilih menjadi hamba yang mengabdi kepada Allah.

Ini menunjukkan bahwa status kehambaan merupakan derajat paling agung di sisi Allah.

BACA JUGA:Program Ketahanan Pangan 2024, Desa Padang Panjang Bangun Infrastruktur Jalan menuju Serakudu

BACA JUGA:Musrenbang Desa Mentiring Prioritaskan Infrastruktur, Keamanan Lingkungan, Alsintan dan BUMDes

2. Pembekalan dakwah untuk Rasulullah

Isra’ Mi’raj menjadi salah satu pembekalan yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad dalam menempuh perjalananan dakwahnya.

Sebagaimana diketahui bahwa sejak lahir, Nabi Muhammad telah banyak mendapatkan kesedihan, yang tak lain adalah pembekalan dari Allah untuk mengasah ketangguhannya.

Bahkan setelah Isra’ Mi’raj, tepatnya pascahijrah ke Madinah, hambatan dakwah Rasulullah lebih berat. Peristiwa perang badar, perang uhud, perang mu’tah, dan perang-perang lainnya adalah fakta sejarah bahwa perjuangan dakwah Nabi periode Madinah penuh tantangan dan berliku.

3. Teguh memegang prinsip dan menyampaikan kebenaran

Hal itu yang diajarkan Nabi Muhammad sepulang Isra’ Mi’raj. Saat pagi setelah malam Isra' Mi’raj, Nabi mengabarkan peristiwa yang baru dialaminya ke penduduk Makkah.

Praktis, banyak orang yang tidak percaya dengan kabar yang dinilai tidak masuk akal itu. Hal ini menunjukkan bahwa kebenaran harus tetap disampaikan, meskipun banyak mendapat penolakan.

Meski begitu, Nabi tetap menyampaikan kabar peristiwa Isra’ Mi’raj yang dialaminya dengan terus terang sekalipun harus dibalas dengan cacian dan ejekan dari orang-orang musyrik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: