Oleh: Zacky Antony
PERNAH menonton Film King Kong? Itu dia, film Hollywood yang mengisahkan perjalanan misterius seorang sutradara ambisius Carld Denham (diperankan Jack Black), aktris Ann (diperankan Naomi Watts) bersama kru untuk keperluan syuting film. Ekspedisi ke Pasific Selatan itu malah membuat rombongan tersesat di Pulau Tengkorak. Di pulau itu, Carld dan Ann bertemu King Kong. Carl memanfaatkan kelemahan kera raksasa itu yang rupanya jatuh hati kepada Ann. Tapi setelah King Kong dibawa ke New York, terjadi malapetaka karena King Kong lepas di kota metropolitan itu.
Nah, salah satu lokasi syuting film King Kong itu adalah Pulau Mursala dengan air terjunnya yang indah. Pulau Mursala terletak di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Pulau yang dideskripsikan sebagai Pulau Tengkorak dalam Film King Kong itu memiliki pesona air terjun yang tumpah di tebing batu curam di ketinggian sekitar 35 meter dan jatuh di laut.
Sabtu sore kemarin sekitar pukul 15.00 WIB, saya tidak sedang bermimpi ketika menemukan pemandangan serupa. Di hadapan saya sore itu bukan air terjun Pulau Mursala. Saya bukan pula berada di sebuah pulau. Itu adalah salah satu air terjun Tri Sakti Bung Karno di Desa Belitar Seberang, Kecamatan Sindang Kelingi, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu.
Nama resminya air terjun Tri Sakti. Tambahan kata “Bung Karno” di belakangnya adalah murni ide saya sendiri karena Tri Sakti itu memang diambil dari Tri Sakti nya Bung Karno. Arti Tri Sakti Bung Karno adalah berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Desa Belitar yang menjadi lokasi air terjun ini punya keterkaitan dengan Bung Karno. Ceritanya, desa ini banyak didiami warga asal Blitar Jawa Timur, kota kelahiran Bung Karno. Sehingga akhirnya dinamai Desa Belitar yang sekarang pecah menjadi dua desa yaitu Belitar Muka dan Belitar Seberang.
Pemandangan mirip air terjun Pulau Mursala itu bisa dijumpai setelah menuruni anak tangga sekitar 50 meter. Air terjun tumpah di bebatuan yang kalau diperhatikan, lebih curam dari air terjun Pulau Mursala.
Tapi itu bukan air terjun utama Tri Sakti. Air terjun utamanya bukan di situ. Saya harus menuruni lagi puluhan anak tangga seadanya. Anak-anak tangga dari tanah itu sangat licin dan berbahaya di kala hujan. Di beberapa bagian ada pegangan tangan terbuat dari besi. Tapi semakin ke bawah, tidak ada lagi pegangan tangan. Sedikit saja lengah, kaki bisa terperosok ke bawah. Dan wuiihhhh….ngeri kalau membayangkan.
Ketinggian anak tangga diperkirakan lebih dari 100 meter dengan sudut sekitar 70-80 derajat. Ketika mendongakkan kepala, tatapan mata tertuju hutan di seberang sana. Di celah itulah air terjun utama Tri Sakti Bung Karno itu berada. Celah atau lembah itu tidak akan terlihat dari atas karena tertutup rerimbunan pohon aneka jenis.
Rasanya inilah anak tangga menuju air terjun paling tinggi yang pernah saya tempuh. Sore itu saya menurunkan kaki dengan penuh gairah. Saat mata melihat ke atas, langit mendung. Terselip sedikit keraguan kalau-kalau hujan saat tiba di bawah sana. Kepalang tanggung batinku. Saya sudah mengendarai mobil sejauh 120 KM dari Kota Bengkulu. Tujuan hanya ingin melihat dan mandi di Air Terjun Tri Sakti Bung Karno.
Tujuan itu akhirnya tercapai. Setelah sekitar setengah jam menuruni anak tangga, terpampanglah pemandangan yang sangat eksotis. Air terjun bukan hanya tinggi, tapi volume air yang tumpah juga sangat besar. Begitu tiba di bawah, tumpahan air terjun itu memancarkan embun hingga jarak cukup jauh.
Menurut Hendri, pengelola air terjun dari Pokdarwis, ketinggian air terjun Tri Sakti mencapai 85 meter. Itulah air terjun tertinggi di Provinsi Bengkulu. Dalam bincang-bincang sepanjang jalan menuruni anak tangga, dia bercerita untuk menarik para wisatawan pihaknya sudah menyiapkan paket yang dijamin memicu adrenalin. Paket itu dinamakan caniyoning. Yakni turun dari puncak air terjun dengan menggunakan peralatan tali panjat tebing. Dalam paket itu termasuk antar jemput dari desa menuju lokasi air terjun dan makan siang. Hanya Rp 150 ribu per orang.
Rasa lelah selama perjalanan yang terasa sulit itu, akhirnya terbayar lunas ketika tubuh mencebur ke sungai bebatuan. Air sungainya jernih dan dingin. Sayang saya tidak bisa berlama-lama menikmati dingin nya aliran air sungai di bawah air terjun. Selain hari sudah senja, mendung hitam menggelayut di atas langit.
Air terjun bakal menjadi destinasi pilihan di era covid sekarang ini karena jauh dari keramaian. Lokasinya di hutan belantara yang rasa-rasanya sulit dituju oleh Corona. Ada pula beberapa pengunjung anak-anak muda menyusul tiba di lokasi. Tapi tidak mandi. Mereka umumnya membawa kendaraan roda dua.
Pulau Sumatera memang surganya air terjun. Di balik lekukan-lekukan pegunungan Bukit Barisan yang memanjang dari Aceh sampai Lampung, begitu banyak tersimpan karunia alam dari Tuhan. Di balik lembah dan bukit banyak sekali air terjun dengan sejuta keindahan dan keasriannya.