Melihat Tradisi Melemang dalam Adat Kaur Bengkulu

Jumat 09-12-2022,09:18 WIB
Editor : Muhammad Isnaini

Dijadikannya lemang sebagai persyaratan adat dalam upacara perkawinan pada masyarakat Suku Semende dan Besemah sudah berlangsung sejak dahulu (turun temurun) dan masih bertahan hingga sekarang.

BACA JUGA:NonASN Kriteria Ini Prioritas Diangkat CPNS atau PPPK 2023, Ada 7 Kategori Honorer Dihapus dari Pendataan 

BACA JUGA:Kapan Bagi Raport SD, SMP, SMA/SMK? Ini Jadwal Libur Sekolah Provinsi Bengkulu

 

Tradisi Melemang Perkawinan

Perkawinan, sebagaimana diketahui, merupakan tahapan yang sangat penting bagi seseorang karena merupakan babakan baru yang harus dilalui dalam kehidupannya. Hidup bersama dengan  orang lain dalam bahtera rumah tangga. 

Setiap masyarakat mempunyai aturan (tatacara) tentang pelaksanaan perkawinan dan tahapan-tahapan yang mesti dilalui (turun temurun). 

Jika salah satu tahapan itu tidak dipenuhi maka perkawinan itu dirasakan belum lengkap.  

Pada masyarakat Besemah di Padang Guci, dan Semende di Muara Sahung, sebagaimana diketahui, lemang menjadi salah satu persyaratan adat yang harus dipenuhi oleh pihak pengantin laki-laki (lanang) dalam upacara perkawinan (bimbang adat). 

BACA JUGA:Menteri PANRB: Pendataan nonASN Penuh KKN, Birokrasi Sulit Maju, Sebut 3 Skenario yang Akan Diambil 

BACA JUGA:Hotman Paris Dukung Kuasa Hukum ART vs Cucu Mantan Pejabat di Bengkulu, Sebut Janin dan Bukti Chat!

Pihak pengantin laki-laki harus membawa dan menyerahkan lemang kepada pihak pengantin perempuan pada waktu meminang seorang gadis dan pada waktu pernikahan.

Jika pihak laki-laki (lanang) tidak membawa lemang pada waktu itu maka perkawinannya dianggap belum lengkap secara adat dan akan menjadi bahan gunjingan di tengah masyarakat.

Setelah adanya kesepakatan antara bujang dan gadis untuk menikah, orang tua pihak laki-laki akan datang ke rumah pihak perempuan. Menanyakan apakah anak bujangnya memang sudah ada kemufakatan dengan anak gadis tuan rumah untuk menikah. 

Kegiatan ini dinamakan dengan nue’i rasan atau merasan. Pada waktu ini belum membawa lemang, tetapi membawa makanan lain yakni boak (lemak manis) dan pisang goreng. 

Boak adalah makanan yang terbuat dari isi kelapa yang diparut bercampur gula merah. Sedangkan pisang goreng adalah buah pisang yang digoreng bercampur tepung. Penggunaan boak dan lemang dalam upacara perkawinan mempunyai makna tersendiri. 

Kategori :

Terpopuler