Namun, jika adu sakti itu dilakukan dengan perkelahian fisik tentu susah menemukan pemenang.
Sehingga, diputuskanlah oleh kedua pihak dan masyarakat kala itu untuk adu kesaktian di Tepi Danau Ranau.
Dimana gelar Jawara sejati bisa disematkan melalui tantangan tidur menelungkup di bawah Pohon Aren.
BACA JUGA:Pertalite dan Pertamax Jenis BBM Dilarang di Indonesia? Simak Aturan Baru Berlaku 1 Januari 2023
BACA JUGA:Loker 2023! Simak 57 Lowongan Kerja Alfamart di Bengkulu, Cek Link dan Cara Daftar disini
Dua jawara diberi waktu untuk mempersiapkan kesaktiannya. Sehari setelahnya adu kesaktian dimulai.
Dengan aturan main, setiap kandidat secara bergilir tidur menelungkup di bawah pohon aren.
Dilain sisi, kandidat lawan harus naik keatas pohon dan menjatuhkan buah dan bunga dari pohon Aren.
Si Mata Empat yang licik ini dari awal berniat mengelabui Pangeran Serunting.
BACA JUGA:RESMI, 3 JeniS BBM Dilarang Dijual di Indonesia, Berlaku Aturan Baru mulai 1 Januari 2023
BACA JUGA:Badai Somasi Dugaan Kecurangan, KPU Gelar Rapat Pleno Penetapan Parpol Peserta Pemilu 2024
Ia menantang dirinya sendiri menjadi peserta pertama dan menyuruh si Pahit Lidah naik ke atas pohon.
“Hei, si Pahit Lidah naiklah keatas pohon aren dan lihatlah kesaktian ku ini!,” teriak si Mata Empat.
Tanpa sepengetahuan Pangeran Serunting, lawannya memiliki dua mata di belakang kepala yang bisa melihat segala bahaya.
Ia dengan mudah bisa menghindari buah pohon aren. Sekalipun Pangeran Serunting menjatuhkan buah sebanyak tiga kali.
BACA JUGA:Wartawan Nasional Tiba-Tiba jadi Kapolsek, Setelah Belasan Tahun Meliput, Ternyata...