JAKARTA, RADARKAUR.CO.ID - Ditengah perbincangan soal energi bahan bakar pengganti BBM berupa CNG yang semakin ramai. Muncul kabar baru terkait cadangan gas bumi Indonesia yang begitu melimpah.
Kondisi ini menimbulkan harapan besar. Bagaimana bahan bakar CNG begitu memikat. Compressed Natural Gas (CNG) atau Bahan Bakar Gas (BBG) bisa diproyeksikan untuk menggantikan Pertalite atau Solar.
Dengan begitu maka harapan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar yang irit dan murah serta ramah lingkungan dapat tercapat.
CNG yang dijual dengan harga Rp3.100 perliter itu memiliki kualitas setara dengan Pertamax Turbo (RON 98). Dengan harga yang lebih murah 55 persen dibanding Pertalite (RON 90), CNG menunjukan kualitas yang setara Pertamax Turbo.
BACA JUGA:PENGUMUMAN! Seleksi PPPK Tenaga Teknis Sudah Dibuka BKN, Langsung Daftar di Link berikut!
Sehingga dengan sumber daya alam (SDA) komoditas energi gas alam yang begitu melimpah sudah tentu menjadi anugerah bagi bangsa Indonesia. Indonesia disebut memiliki Cadangan Gas Alam terkaya di dunia.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian ESDM, Indonesia memiliki cadangan gas alam atau gas bumi sebesar 41,62 triliun kaki kubik persegi (trillion square cubic feet/TSCF) pda 2021.
Cadangan gas bumi paling banyak ada di wilayah Maluku, yakni 13.988 miliar kaki kubik persegi (billion square cubic feet/BSCF).
Maluku memiliki beberapa sumber daya migas yang baik yaitu cekungan hidrokarbon di Bula juga blok Masela yang sudah sangat terkenal.
BACA JUGA:Beralih ke CNG Harus Cermat, Berikut 13 Cara Pemasangan Konverter Kit BBG, Hindari Risiko Kecelakaan
Posisi kedua ada Papua 11.412 BSCF. Potensi sumberdaya energi di Papua yang potensial tersedia memang cukup besar.
Cadangan minyak dan gas bumi di Indonesia berhubungan erat dengan cekungan sedimen berumur Tersier. Di sekitar Propinsi Papua telah diidentifikasi sejumlah cekungan yang penyebarannya berada di sebelah utara maupun selatan Papua.
Potensi Migas di Papua cukup menjanjikan, sebagian cadangan yang terdapat di daerah Kepala Burung dan Bintuni telah berproduksi, sedangkan daerah lainnya masih dalam tahap eksplorasi.