10. Pengasuhan jangka panjang
Merawat orang lain—orang tua yang menua, pasangan yang tidak mampu, atau anak dengan kondisi kesehatan kronis—sangat terkait dengan depresi, terutama ketika beban pengasuhan lebih besar ( del-Pino-Casado et al., 2019 ).
BACA JUGA:Hibah Ambulans dan Damkar yang Diterima Bupati Kaur dari Jepang, Akan Disiagakan di Wilayah Ini
BACA JUGA:Pemda Kaur Pembinaan Marbot dan Guru Mengaji di 4 Kecamatan
11. Kehilangan pekerjaan
Tidak bekerja merupakan faktor risiko yang signifikan untuk depresi.
Ketidakamanan pekerjaan saja juga merupakan faktor risiko yang signifikan—bahkan mungkin lebih kuat daripada benar-benar kehilangan pekerjaan ( Kim & von dem Knesebeck, 2016 ).
12. Bulan-bulan yang lebih gelap
Banyak orang rentan terhadap depresi musiman karena siang hari menjadi lebih pendek di musim gugur dan musim dingin ( Galima et al., 2020 ).
13. Diet tinggi olahan
Semakin banyak penelitian menunjukkan bahwa pola makan yang banyak diproses — terdiri dari makanan seperti tepung putih, gula tinggi, daging olahan, dan sedikit buah dan sayuran — merupakan faktor risiko depresi ( Molendijk et al., 2018 ).
14. Kurang olahraga
Gaya hidup yang tidak banyak bergerak sering menyebabkan depresi, sementara olahraga yang konsisten adalah antidepresan yang terbukti ( aan het Rot et al., 2009 ).
BACA JUGA:Anggota Tertua Gen Z Baru berusia 26 tahun, Generasi Mengubah Arti Berbelanja, Tinggal dan Bekerja
BACA JUGA:Kembangkan Desa Perikanan Pintar dan Budidaya Gurita, Ini Program Pemda Kaur
15. Kerepotan sehari-hari