Rubel itu sudah ada sejak abad ke-13. Bahkan jauh sebelum Tsar Rusia.
Waktu itu Rusia adalah kumpulan etnis yang bersatu dalam Knyazhestvo. Tapi untuk disebut sebagai kerajaan ga bisa juga.
Nah untuk berdagang diantara mereka, ada alat ukur yang namanya Rubel yaitu satuan berat yang sama dengan 204 gram perak.
Jadi misalnya mereka ingin membeli sapi seharga 5 Rubel maka bukan berarti pembeli sapi itu mengeluarkan 5 keping Rubel. Bukan.
Tetapi si pembeli harus menyediakan 5x204 gram perak atau sama dengan 1.020 gram perak.
BACA JUGA:Wow, Galaxy Z Flip5 dan Z Fold5 Diburu Konsumen, Paket Nusantara Edition Habis Terjual
Jadi kalau harga perak naik, maka naiklah harga Rubel.
Sehingga Rubel tergantung sekali dengan sumber daya alam.
Tahun 1704 Peter The Great ingin mereformasi penggunaan Rubel. Satu Rubel sama dengan 28.1 gram perak.
Seratus tahun kemudian Catherine The Great menyerang kerajaan Usmani karena ingin menguasai Laut Hitam dan Laut Azov.
Tahun 1783 mereka berhasil merampas Krimea dari tangan kerajaan Usmani.
Sejak saat itu rentetan peperangan demi peperangan selalu dilakoni Rusia dan setiap kali melakukan peperangan mereka terpaksa melakukan devaluasi mata uangnya.
Asumsinya jika mau Rubel kuat maka berhenti berperang. Tapi waktu itu penguasa Rusia pada gila perang semua.
Masalah utama yang dialami oleh Rusia sebenarnya adalah saat Rusia dipimpin oleh para Tsar.
Para Tsar ini berpikir bahwa mereka mampu melakukan kontak dagang dengan barat.