Siapa Membunuh Putri (8): Durian Lebat Sekebun Runtuh

Siapa Membunuh Putri (8): Durian Lebat  Sekebun Runtuh

Ilustrasi --

Oleh: Hasan Aspahani

IMAJINASI tentang tahun 2000, jauh sebelum dekade itu sampai, dalam lirik-lirik lagu pop Doel Sumbang dan kasidah Nasida Ria adalah gambaran cemas tentang hidup yang serba mesin dan manusia tidur berdiri. 

Di kota pulau ini, saya melihat dan menjadi bagian dari kota yang ”tidur berlari sambil berkejaran dengan mesin”.   

Saya di kota ini adalah manusia tahun 2000 itu.  Mengingat-ingat kegagapan dunia menyambut millennium baru, alat baru ini, konyol juga rasanya.

Ada info tersebar bahwa perbankan akan kolaps, karena angka nol yang berderet itu membuat sistem komputer akan error. 

Kontrol penerbangan di bandara di seluruh dunia katanya juga akan kacau dan pesawat-pesawat yang lepas landas dan mendarat akan saling bertabrakan.  

Mesin besar itu mengatur hidupku. 

Membuat saya harus menyesuaikan semua kegiatan dan kebiasaan lain dengan jadwal kerja mesin itu. 

Mesin itu bernama Goss Community.   

Hampir tiap malam saya menyempatkan diri – atau malah mewajibkan, bahkan jadi ritual karena apabila tidak kulakukan ada yang kurang rasanya – melihat bagaimana mesin cetak itu bekerja. 

Mencetak halaman-halaman koran  yang baru saja kami kerjakan.  

Derunya yang monoton, tapi dinamis, seperti kereta yang membawa deretan gerbong panjang, bergerak tak putus-putus.

Saya suka melihat bentangan kertas panjang mengulur dari rol di ujung mesin, menjadi tumpukan koran yang sudah terpotong dan terlipat rapi di ujung lain.

Membawa hasil kerja pikiran kami, liputan kami, suntingan kami.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: