Siapa Membunuh Putri (24): Tersangka, Tapi...
Ilustrasi pembunuhan putri--
”Makanya, kalau mau belajar main golf, biar saya ajarin. Main sama saya saja.”
”Nggak cocok, Pak. Nanti kalau saya bisa bisa kecanduan saya. Kalau bapak nggak ada kacau saya...,” kata saya.
”Kalau kamu serius nanti saya mintakan membership gratis seumur hidup buat kamu, Dur.”
”Wah, jangan, Pak. Saya nemenin Bapak aja...,” kata saya.
Pak Rinto makin tertawa, ”dasar wartawan ndeso kamu itu ya.” Saya juga tertawa.
Karena ndeso itu saya susah sekali mengingat apa itu tee, pair way, green, hole in one, par, bogey, birdie.
Berulang-ulang caddy girl yang mendampingi kami menjelaskan. Saya mencatat sebatas untuk tulisan saya saja.
Berita pembongkaran makam Putri membuat oplah Dinamika Kota bertahan. Tak naik, tapi tak juga turun. Angka retur eceran sedikit naik.
Hendra, manajer pemasaran kami, minta oplah cetak tak diturunkan. Ia sedang bikin promosi untuk menggaet pelanggan baru.
Beberapa daerah perumahan baru yang sudah ramai penghuni selama seminggu diberi koran gratis. Lalu dihubungi apakah mau berlangganan.
Kalau dapat 30 persen saja dari mereka yang disasar menjadi pelanggan baru, program promosi itu berhasil.
”Banyak yang komentar begini, oh, kalian koran yang musuhnya AKBP Pintor, ya?” kata Hendra.
”Terus, langganan, nggak,” tanya Bang Eel.
”Ada yang langganan, ada juga yang nggak,” jawab Hendra.
”Tapi mungkin sudah perlu kita kurangi juga headline pembunuhan Putri. Sudah bosan juga pembaca kita.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: