Bengkulu Waspada KLB Polio, Kenali Kasus Polio di Pidie Aceh
Direktorat Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Maxi Rein Rondonuwu dalam konferensi pers KLB Polio di Indonesia. Tangkapan layar/Antara--Ilustrasi
•Tidak membiarkan anak memasukkan benda atau mainan kedalam mulut.
Menindaklanjuti vaksinasi pencegahan, Maxi menjelaskan akan melakukan tindakan vaksin kepada anak-anak berusia 13 tahun.
“Kemungkinan kita akan lakukan (vaksinasi) anak pada usia 13 tahun,” ujarnya.
Prof. Tjandra mantan Direktur kementerian Penyakit Menular organisasi kesehatan dunia (WHO) menyampaikan kemungkinan lain yaitu rendahnya cakupan vaksinasi Polio di wilayah Aceh.
“Kejadian di Aceh (sambil menunggu pengumuman resmi pemerintah) maka itu adalah virus polio dari vaksin, yang memang dapat berkembang menjadi penyakit pada daerah yang relatif rendah cakupan vaksinasi polio nya, dan atau mereka yang daya tahan tubuh lemah,” tutup Prof Tjandra.
Selain itu, Kemenkes juga melakukan pengawasan terhadap Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) di seluruh Indonesia. Pendataan terhadap anak-anak yang mengalami lumpuh luyuh akut (Faccid).
Persediaan vaksin saat ini sudah siap. Terdapat 2 jenis vaksin yang digunakan, yaitu vaksin polio tetes (bivalent Oral Polio Vaccine/bOPV) dan vaksin polio suntik (Inactivated Polio Vaccine/IPV).
Menurut Maxi pemicu virus kembali muncul adalah rendahnya cakupan vaksinasi. Selain itu juga terjadi penurunan tren cakupan imunisasi OPV dan IPV di Aceh dalam 10 tahun terakhir
Perlu diketahui Indonesia adalah negara ke-16 yang melaporkan kasus virus polio tipe 2. Negara lainnya yaitu; Yaman, Kongo, Nigeria, Central African Republic, Ghana, Somalia, Niger, Chad, Amerika Serikat, Algeria, Mozambik, Eritrea, Togo, dan Ukraina.
Penetapan status KLB Polio ini ditindaklanjuti karena penderita bisa sewaktu-waktu mengalami kelumpuhan permanen bahkan kematian. Terutama anak berusia dibawah lima tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: