Mengenal Aksara Ulu Bengkulu 'Ka Ga Nga', Bentuk dan Sejarah Penggunaannya

Mengenal Aksara Ulu Bengkulu 'Ka Ga Nga', Bentuk dan Sejarah Penggunaannya

Mengenal Aksara Ulu Bengkulu “Ka Ga Nga”--(dokumen/radarkaur.co.id)

Masyarakat konon banyak menuliskan doa-doa, mantra, cerita, atau bahkan pengumuman dalam bentuk tulisan ulu.

Salah satu aksara yang dikenal di Indonesia adalah aksara Ulu dan Jawi.

BACA JUGA:Gunung Kumbang Didatangi Sri Sultan Hamengkubuwono X, Bukti Peradaban Kuno Belum Terungkap?

BACA JUGA:Galaxy Z Flip5 bikin OOTD Lebih Trendy, Hadirkan 4 Inspirasi bagi Content Creator

Perbedaan utama antara aksara Surat Ulu dengan aksara Jawa ialah bahwa aksara Surat Ulu tidak memiliki pasangan.

Sehingga jauh lebih sederhana daripada aksara Jawa, dan sangat mudah untuk dipelajari. 

Aksara Surat Ulu diperkirakan berkembang dari aksara Pallawa dan aksara Kawi yang digunakan oleh kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan.

Salah satu jenis aksara ulu adalah “Ka Ga Nga" Rejang dari provinsi Bengkulu. 

BACA JUGA:Video Oklin Fia Jilat Es Krim Bikin Geram Warganet: Bisa Ga Dilaporin?

BACA JUGA:2 Jenis Universitas Terkemuka di Rusia, Minat Belajar ke Negeri Beruang Merah?

Aksara Ka Ga Nga Istilah Sunda, menurut Ekadjati (1993), Aksara "Ka ga nga" merupakan sebuah nama kumpulan beberapa aksara yang berkerabat di Sumatra sebelah selatan.

Aksara-aksara yang termasuk kelompok ini adalah antara lain aksara Rejang, Lampung, Rencong, dan lain-lain. 

Nama ka ga nga ini merujuk pada tiga aksara pertama yang mengingatkan kita kepada urutan aksara di India.

Istilah ka ga nga diciptakan oleh Mervyn A. Jaspan (1926-1975), antropolog di University of Hull (Inggris) dalam buku Folk literature of South Sumatra. 

BACA JUGA:Mengenal Rubel Mata Uang Rusia dan Jatuh Bangun Rubel Sejak Perang Ukraina

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: