Bagaimana Nasib Brand Terafiliasi Israel di Indonesia? Termasuk HM Sampoerna yang menaungi Philips Morris

Bagaimana Nasib Brand Terafiliasi Israel di Indonesia? Termasuk HM Sampoerna yang menaungi Philips Morris

Bagaimana Nasib Brand Terafiliasi Israel di Indonesia? Termasuk HM Sampoerna yang menaungi Philips Morris--ilustrasi

BACA JUGA:Persaingan Mendapatkan Tenaga Kerja semakin Ketat: Pemulihan Ekonomi Rusia lebih cepat dari perkiraan

Hal ini akan berbeda jika sudah ada gerai yang tutup atau pemutusan hubungan kerja (PHK) massal karena penurunan kinerja keuangan perusahaan. Kalau tidak, konflik antara Israel-Palestina meluas dan melibatkan banyak negara lain.

“Kalau ini yang terjadi, jelas harga saham akan turun,” ujar Sekretaris Jenderal Asosiasi Analis Efek Indonesia itu.

Pandangan serupa disampaikan pula oleh Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama.

Menurutnya, dalam menyikapi konflik yang tengah memanas di Israel dan Palestina, perusahaan asing yang sudah berkantor di Indonesia akan mengambil sikap riil. Di mana Philip Morris, Unilever, Coca-Cola dan Starbucks bakal mengambil sikap yang sama, seperti yang diambil oleh mayoritas masyarakat dunia, terutama Indonesia.

“Jadi semestinya mereka akan menyerukan gencatan senjata. Semestinya begitu,” Kata Nafan.

Alasannya, karena perusahaan yang berdiri di Indonesia itu harus menjaga kepercayaan pangsa pasarnya, agar tetap atau bahkan meningkat. Dengan begitu, konsumsi masyarakat terhadap produk mereka pun tidak akan terlalu berpengaruh dengan aksi boikot yang terjadi di dunia.

Sementara itu, setelah seruan boikot terjadi, Nafan bilang kinerja saham HMSP, UNVR, GRPM, dan MAPB relatif mix.

Dengan kinerja top line dan bottom line HMSP mengalami pertumbuhan progresif, baik secara kuartalan maupun tahunan.

BACA JUGA:Fakta atau Mitos, Menyapu Kurang Bersih Bikin Dapet Cowok Brewok, Seriusan?

BACA JUGA:Makanan Populer di Indonesia, Ini Dia Resep Nugget Cabe Garam Rumahan yang Bikin Nagih!

Sebagai informasi, HMSP membukukan penjualan bersih sebesar Rp87,29 triliun pada Januari-September 2023.

Penjualan tersebut meningkat 4,67% dibandingkan September 2022 yang sebesar Rp83,39 triliun.

“Sementara UNVR lagi terkoreksi, dua-duanya. Dia lagi mengalami koreksi baik dari top line maupun bottom line,” ujarnya.

Hal ini disebabkan oleh total laba bersih UNVR yang mengalami penurunan hingga 9,2% (yoy) pada periode Januari-September 2022, menjadi Rp4,2 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: