Bagaimana Nasib Brand Terafiliasi Israel di Indonesia? Termasuk HM Sampoerna yang menaungi Philips Morris
Bagaimana Nasib Brand Terafiliasi Israel di Indonesia? Termasuk HM Sampoerna yang menaungi Philips Morris--ilustrasi
Sementara itu seruan boikot juga menyebar di Indonesia, berbagai merek yang lema ini sudah dikenal publik telah merasakan dampak dari aksi tersebut.
Produk Israel yang sudah dikenal tersebut seperti McDonald, Starbuck, KFC, CFC dan lain-lain.
Di Indonesia sendiri berbagai merek produk Israel itu berafiliasi dengan perusahaan lokal.
Seperti brand Starbucks berada di bawah baungan PT MAP Boga Adiperkasa.
Kemudian Philips Morris dinaungi oleh HM Sampoerna, Adapun Unilever Indonesia dan Coca-Cola merupakan produk Israel yang didistribusikan oleh PT Graha Prima Mentari Tbk.
BACA JUGA:10 Alasan Orang Kaya Makin Kaya, Networking hingga Mindset Ternyata Ngaruh Banget!
BACA JUGA:Resep Camilan Viral yang Ngetren, Coba Yuk Resep Aci Telur, Cimol Kopong, dan Donat Indomie!
Seruan Boikot di Indonesia Belum Berdampak
Sementara itu, seruan boikot memang sudah lama digaungkan di Indonesia. Akan tetapi pengamat pasar modal Reza Priyambada menilai bahwa belum ada dampak besar ke pasar modal Indonesia maupun ke saham perusahaan terafiliasi dengan perusahaan yang diboikot.
Ia menilai kinerja saham perusahaan terafiliasi Israel di Indonesia belum terpengaruh sentimen pasar global.
Diantara perusahaan tersebut yakni PT MAP Boga Adiperkasa Tbk (MAPB), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT HM Sampoerna Tbk (HMPS) dan PT PT Graha Prima Mentari Tbk (GRPM).
Selain sentimen di dalam negeri, belum adanya kabar soal penutupan gerai dari perusahaan-perusahaan produk yang diboikot serta penurunan kinerja perusahaan yang menimbulkan masalah baru seperti pemutusan hubungan kerja membuat investor saham pun masih dapat menenangkan diri.
Apalagi, meskipun merek dagang yang digunakan tetap, seperti McD, Starbucks, Unilever, Philip Morris, dan Coca-Cola, namun perusahaan-perusahaan tersebut sepenuhnya telah dimiliki oleh pengusaha lokal.
“Dan lagi, mereka (perusahaan-perusahaan yang diboikot) itu kan punya banyak cabang di berbagai negara. Jadi kalau pun ada penurunan saham atau kinerja perusahaan, itu sifatnya teritorial saja. Enggak kalau satu turun, yang lain mengikuti,” imbuh Reza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: