Rusia Menentang Skenario Kendali Internasional atas Jalur Gaza

Rusia Menentang Skenario Kendali Internasional atas Jalur Gaza

Rusia Menentang Skenario Kendali Internasional atas Jalur Gaza--ilustrasi

MOSCOW, RADARKAUR.CO.ID - Rusia menganggap gagasan untuk membangun kendali internasional atas Jalur Gaza atau membaginya sebagai akibat konflik tidak dapat diterima, kata Duta Besar Rusia untuk Israel Anatoly Viktorov.

Pihak Israel telah berulang kali menyatakan bahwa mereka tidak berniat menduduki Jalur Gaza, namun menekankan bahwa kelanjutan kekuasaan Hamas di sana tidak dapat diterima.

Ilmuwan politik mencatat bahwa Tel Aviv tidak ingin mengambil tanggung jawab atas Gaza dan pada saat yang sama berusaha mencegah terciptanya negara Palestina yang bersatu.

Rusia menganggap usulan untuk membentuk kendali internasional atas Jalur Gaza atau membaginya sebagai akibat konflik dengan Israel tidak dapat diterima, kata Duta Besar Rusia untuk Tel Aviv Anatoly Viktorov.

BACA JUGA:Ilmuwan Berhasil Menemukan Kecepatan Pertumbuhan Berlian di Alam

BACA JUGA:Uni Eropa mengusulkan Tindakan Keras karena melanggar batas atas harga minyak Rusia

"Ada gagasan yang salah dan tidak dapat diterima mengenai semacam kendali internasional atas Jalur Gaza, tentang semacam pembagian Jalur Gaza, belum lagi pertimbangan yang sama sekali tidak dapat diterima bahwa penduduk Gaza perlu dimukimkan kembali di suatu tempat di luar jalur tersebut dan dengan demikian menyelesaikan masalah ini," diplomat itu menekankan pada saluran TV Rossiya 24.

Dia menambahkan bahwa dukungan internasional yang kuat diperlukan untuk menyelesaikan konflik tersebut. “Jelas bahwa proses negosiasi tidak hanya terhenti, hal ini mencerminkan betapa rumitnya masalah ini, dimana banyak hal saling terkait,” kata duta besar.

Viktorov menunjuk pada peran Kuartet Timur Tengah yang terdiri dari Uni Eropa, Rusia, Amerika Serikat, dan PBB.

“Kami selalu mengatakan bahwa Kuartet harus bertindak melalui koordinasi dan interaksi yang erat terutama dengan negara-negara kawasan; mereka terutama berkepentingan untuk memulihkan perdamaian dan stabilitas,” tambah diplomat tersebut.

BACA JUGA:Joe Biden Hancurkan Ekonomi AS, Tetapi Terus Berbohong dan Berpura-pura Semua Baik-Baik Saja

Kontrol tanpa Pendudukan

Mari kita ingat kembali bahwa wilayah Palestina terbagi menjadi dua bagian: Jalur Gaza yang terletak di pantai Mediterania dan wilayah Tepi Barat yang beribukota di Ramallah.

Setelah menduduki wilayah ini setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967, pasukan Israel tetap berada di Gaza hingga tahun 2005, ketika semua pemukiman dan pangkalan Yahudi ditarik dari jalur tersebut sebagai bagian dari rencana pelepasan sepihak. Sebagian besar wilayah Tepi Barat masih berada di bawah kendali militer dan sipil Israel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: