Siapa membunuh Putri (26): Bluebeach Nenia
Asyik kencan dengan cewek Michat, Kaget Tiba-Tiba Didatangi Ortu.--(dokumen/radarkaur.co.id)
”Terima kasih.” Saya mengendus aroma tak enak, panas dan berbahaya.
Apalagi dia menyinggung soal koran. Terbakar juga emosi saya.
Seorang menarik lengan saya dengan kasar. Saya menepis. Nyaris terjatuh. Mereka tertawa-tawa. Seseorang mendorong saya. Yang lain menjegal kaki saya. Kali ini saya benar-benar terjengkang.
”Belum minum kok sudah mabuk,” kata orang yang mendorong saya tadi.
Mereka terus tertawa. Saya tak kenal siapa. Seperti preman. Tampangnya kasar dan lengannya bertato.
Keributan di pintu masuk itu sedikit mengganggu pengunjung. Sekuriti kafe datang menertibkan kami. Si preman mendorong sekuriti itu.
”Hei, kau jangan ikut campur. Ini urusan saya dengan si wartawan sok hebat ini...,” katanya.
Dua sekuriti lain datang menyeret si preman keluar. Dia berteriak-teriak marah. Tapi teriakannya terdiam ketika seorang menghantam mulutnya.
Si preman terempas, terlepas dari pegangan sekuriti. Keributan seakan pindah ke luar kafe, ke samping hotel.
”Abang Dur tak apa-apa?” kata Edo.
Baru saya kenali si pembungkam preman tadi adalah Edo. Beberapa orang berdiri siaga seperti mengawal Edo.
Ada tato ”Terpedo” di lengan mereka. Aduh, bisa jadi panjang urusannya.
”Ngapain kamu, Do? Siapa suruh kamu pukul dia?”
”Maaf, Abang Abdur. Ini teman-teman saya mereka ada kerja di sini. Willy tadi kenal orang-orang yang tadi baru masuk. Orang-orangnya polisi tersangka itu,” ia menunjuk lelaki berkumis dengan kaus ketat.
”Kami takut dia ganggu Abang Abdur,” kata si Willy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: