5 Tradisi Unik Ramadhan dan Lebaran di Kaur Bengkulu, ‘Njamu’ hingga ‘Melemang Nujuh Likur'
Tradisi Menjamu ‘Njamu’ atau Hajatan --(dokumen/radarkaur.co.id)
4. Budaya Sesitian atau Cak Sitian Masyarakat Trans-Nasal
Ada lagi tradisi malam puncak menyambut lebaran. Yaitu Budaya Sesitian atau Cak Sitian yang digelar tengah malam atau pukul 00.00 WIB.
Sesitian adalah tradisi berkumpulnya remaja Kaur menyambut ramadhan. Bagian uniknya ialah, remaja lelaki dihiasi menjadi wanita atau berbondong-bondong menggunakan busana wanita feminim.
Sesitian hanya sebuah unsur budaya hiburan saja. Tidak melebihi unsur norma yang berlaku ditengah masyarakat.
BACA JUGA:Kamu Ingin jadi PNS? Berikut Keuntungan Menjadi PNS Pusat
BACA JUGA:SARJANA, 4 Formasi Prioritas CPNS 2023 ini khusus Instansi Vertikal, Karier Cemerlang Menunggumu!
5. Budaya Arak-Arakan ‘Sengkurean’ Puncak Hari Lebaran
Malam puncak sudah lewat, ada lagi budaya puncak hari H Idul Fitri di Kaur-Bengkulu. Namanya, budaya ‘Sengkurean’ yang diarak oleh warga Kaur.
Sengkure merupakan manusia yang dibungkus ijuk pohon Enau. Tubuhnya mirip-mirip tokoh animal berwarna hitam.
Sengkurean akan berjalan mengelilingi kecamatan Nasal sampai wilayah kecamatan Maje. Sepanjang jalan akan dipadati kerumunan warga yang mengiringi perjalanan Sengkure.
Nah, Sengkure ini dilestarikan oleh masyarakat Desa Ulak Pandan, Kecamatan Nasal dan masyarakat Desa Trans atau Lalang Lebar, Kecamatan Maje.
BACA JUGA:Hore! Tunjangan dan Gaji PPPK Guru 2022 Bikin Happy, Segini Nominalnya Kata KemenPan RB
BACA JUGA:Formasi CPNS 2023 Diumumkan Bulan Ini, Nasib THK 2 Ditentukan!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: