Panjat Pinang: Meraih Hadiah di Puncak, Mengenal Tradisi dan Sejarahnya
Panjat Pinang: Meraih Hadiah di Puncak, Mengenal Tradisi dan Sejarahnya--(dokumen/radarkaur.co.id)
Hadiah yang umumnya diberikan berupa makanan, seperti keju dan gula, serta terkadang berupa pakaian seperti kaus atau kemeja.
Bagi masyarakat pribumi, hadiah-hadiah semacam itu dianggap sebagai barang mewah.
BACA JUGA:Tak ada KFC dan McD, Rusia punya Brand Makanan Siap Saji Sendiri, Ini Dia
BACA JUGA:Volume Perdagangan Antara Rusia dan Uni Emirat Arab 'Melonjak'
Para lelaki pribumi pada waktu itu harus bekerja sama, dengan saling menjulurkan bahu dan merangkak satu sama lain, membentuk "tangga hidup," guna mencapai puncak pohon pinang yang licin dan dilumuri oli.
Perlombaan memanjat pohon pinang pada periode ini umumnya diikuti oleh orang-orang pribumi.
Sementara itu, warga Belanda hanya menyaksikan dengan canda tawa ketika melihat upaya gigih orang pribumi dalam memanjat pohon pinang.
Lomba panjat pinang juga kerap diadakan oleh keluarga pribumi yang memiliki kekayaan, serta mereka yang terikat dengan pemerintahan kolonial.
BACA JUGA:Setelah Dirawat 3 Bulan, Bupati Lismidianto Kembali ke Kantor
BACA JUGA:19 Nama disebut Kuasa Hukum Kadinkes Cs agar Penyelidikan Dana BOK Kaur 2022 Lanjutan, Siapa Saja?
Tradisi ini mencerminkan berbagai aspek budaya dan dinamika sosial pada masa itu.
Lomba panjat pinang telah diadaptasi dalam berbagai perayaan nasional, termasuk dalam rangkaian perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus. Atau sering disebut lomba 17 Agustus.
Lomba ini menjadi simbol semangat perjuangan, ketekunan, dan persatuan rakyat Indonesia dalam menghadapi tantangan.
Tradisi ini terus berlanjut hingga saat ini dan masih merupakan bagian integral dari perayaan kemerdekaan di Indonesia.
BACA JUGA:Gunung Kumbang Didatangi Sri Sultan Hamengkubuwono X, Bukti Peradaban Kuno Belum Terungkap?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: